Kraukk.com

728 x 90

Monday, June 21, 2010

Wisata Alam Yang Menarik Di Baturraden

Siapa yang akan menyangkal keindahan alam Baturraden? Begitu kaki berada di tengah-tengah kawasan wisata alam di daerah Baturraden pasti akan berdecak kagum. Seperti ketika saya mengunjungi sebuah tempat wisata alam telaga sunyi dan curug gede dengan hutan alamnya.

Begitu melihat pintu gerbang telaga sunyi yang terletak ditengah-tengah pohon pinus, hati saya sedikit meragu apa iya ini tempatnya. Dengan membayar tiket masuk saya menyelidiki wisata alam seperti apa yang ditawarkan dari tempat ini. Ternyata sebuah telaga. Entah mengapa dinamakan telaga sunyi , mungkin karena letaknya yang tersembunyi jauh dari keramaian dan memang sunyi.


Tempatnya memang sangat cantik dan menarik. Ditumbuhi pohon-pohon besar dan lebat. Licin dan berlumut jadi harus berhati-hati apalagi kalau hujan besar , pengunjung segera meninggalkan tempat ini karena keadaan sekitarnya yang memang membahayakan keselamatan. Sebelum sampai ke telaga terdapat aliran sungai jernih sekali tetapi batu-batuanya sangat besar dan tajam. Oleh sebab itu disepanjang jalan menuju telaganya dibatasi dengan pagar kayu.


Agak ketengah warna air hijau tua. Cukup dalam kelihatannya dan tenang. Saya mencoba menyebranginya dan berdiam di bebatuan di sana. Beberapa rombongan ibu-ibu mulai berdatangan. Mereka berpoto dan ingin menyebrang namun karena takut jatuh mereka mengurungkan niatnya dan berdiri dekat telaganya.

Telaga sunyi memang sangat lembab dan dipenuhi tumbuhan pakis dan lumut. Di telaganya juga terdapat air terjun yang kecil. Dinding-dinding sekitar telaga juga begitu menarik dan terkesan angker. Kedalamannya sekitar 7 meter. Dari air terjun ini mengalir sampai ke sungai yang penuh dengan batu-batuan bercadas tersebut. Tetapi jika untuk menikmati keindahan alamnya saya senang sekali disini karena kesunyiannya.


Lain halnya dengan kawasan lain di sekitar baturraden juga yakni curug gede. Awalnya hanya untuk mencari desa ketenger yang dijadikan desa wisata. Tetapi kenyataannya saya masuk ke dalam sebuah kawasan yang tersambung dengan aliran pipa yang berasal dari sebuah PLTA yang ada di sana ( Kolam Tando Harian ) . Kemudian saya melewati sebuah jembatan yang terbuat dari besi. Sudah rusak dan harus dilewati satu orang bergantian.


Dibawah jembatan besi tersebut mengalir air yang sangat deras. Waahh saya pusing harus berjalan diatas jembatan besi ini terpaksa saya jalan perlahan-lahan sambil memegang tali besi yang ada disepanjang jembatan. Ngeri sekali tetapi untunglah selamat walaupun kaki saya gemetaran.


Menyenangkan sekali setelah dari jembatan besi ini masuk menyusuri hutan. Kehujanan pula. Untunglah saya mengenakan raincoat. Tetapi banyak binatang kecil seperti cacing menghisap darah dikaki saya. Hutannya sangat lembab dan penuh tanaman berdurinya.


Jalan pulang melewati sungai yang cukup besar.huufff senang rasanya bisa minum dari air sungai yang bersih ini karena saya haus dan cukup panjang perjalanannya. Dari sungai ini melewati persawahan milik penduduk dan sampailah di desa tetapi harus menyebrangi sungai lagi, rasanya sudah lelah untuk berjalan.


Ketika perjalanan pulang, ada sebuah tempat yang bagus namanya curug gede. Dekat penginapan. Curugnya tidak tinggi tetapi debit air yang dicurahkannya besar jatuh ke atas ceruknya. Kedalamannya sekitar 5 meteran. Beberapa orang memanfaatkan untuk mandi. Ada yang menggunakan ban untuk berenang ke tengah. Untuk sampai mendekati curug , saya berjalan kaki menyusuri sungai yang berbatu. Dan saya merasakan hempasan air dari curug yang dingin. Tidak akan pernah membosankan berjalan-jalan menikmati wisata alam yang disuguhkan dari sebuah tempat yang bernama Baturraden, Banyumas. Begitu banyak potensi alam yang dapat dinikmati tanpa harus merusak yang sudah ada.

Baturraden , 27 Februari 2010

Veronica Setiawati

Thanks to Oim sebagai tour guidenya

Gua Maria Tritis yang sunyi dan misterius


Saya menyukai Gua Maria Tritis karena letaknya yang benar-benar di dalam goa yang alami. Langit-langitnya adalah batuan stalaktit yang meneteskan air. Oleh sebab itu gua maria ini dinamakan Tritis yang dalam bahasa Jawa berarti ‘tetesan air’. Air yang menetes tersebut ditampung dan dapat digunakan sebagai obat atau untuk dibawa oleh mereka yang datang ke gua maria ini.

Letak gua maria tritis ini memang jauh dari pemukiman penduduk tetapi tidak jauh juga dari pantai selatan. Karena lokasinya yang memang gunung kapur sehingga akses masuk kendaraan menuju tempat ini terbilang sangat susah. Dari tempat parkir ke arah lokasi untuk jalan salib saja sekitar 400meter dan bersiaplah menanjak dengan berjalan kaki.


Gambar-gambar setiap perhentian jalan salib diletakan pada sebuah dinding batu yang cadas. Lengkap dengan tempat menaruh lilin. Jika tidak membawa lilin , penduduk sekitarpun ada juga yang menawarkan lilin bagi peziarah yang membutuhkannya. Lokasi dari perhentian jalan salibnya bener-bener sunyi karena sebagian besar itu hutan dan belum terlihat lampu penerangan jalan. Tetapi jalan setapak yang dilewati tiap perhentian sudah ditata.


Ketika perjalanan jalan salib mendekati gua , bisa dilihat dengan jelas dinding-dinding batunya ada tetesan air dan ditumbuhi pohon pakis. Untuk signal sepertinya tidak terjangkau. Dari kejauhan terlihat gua yang besar nah disitulah gua marianya. Saya jadi teringat saat mengikuti susur goa cereme di jogja beberapa tahun yang lalu, seperti itulah pintu mulut goanya. Besar dan pemandangan batuan stalagmite dan stalagtitnya sudah menyapa saya dan teman-teman terlebih dahulu. Rasanya ingin segera menuntaskan rangkaian jalan salib dan masuk ke dalam goa tetapi rombongan yang didepan kami belum selesai beribadat.


Begitu saya memasuki ke dalam gua, pesona gua maria tritis membius saya. Indahnya patung bunda maria berdiri diujung sana berwarna putih di tutupi batu-batuan yang seperti bertempelan. Namun saat itu ada kelompok peziarah lain yang sedang mengadakan misa kudus jadi saya hanya bisa memandangi dari kejauhan saja. Melihat beberapa teman mendekati patung maria , saya pun ikut menuju ke sana untuk menaruh lilin dan berdoa disana letaknya persis di hadapan patung bunda maria. Saya juga tak henti-hentinya menengadah melihat batu-batuan yang ada di atas kepala saya karena begitu menarik dan alami. Saya senang berada didalam gua yang sunyi seperti ini.


Setelah misa yang diadakan kelompok peziarah yang lain telah selesai. Kami pun duduk beralaskan karpet berkumpul berdoa bersama tetapi ada sebagian karpet yang basah karena tetesan air dari batuan stalatit tersebut. Namun harus hati-hati karena karpet tersebut ada yang licin dan penuh tanah.


Keindahan goa maria Tritis memang tidak diragukan. Tidak jauh dari altar ada salib besar, kalau mendekatinya ya harus berusaha sedikit menanjaki batuan. Beberapa penduduk sekitar memanfaatkan tetesan air untuk diberikan kepada para pengunjung dan dari air tersebut mereka mendapatkan penghasilan. Kesunyian gua maria tritis juga membuat saya bersatu dengan alam dan Tuhan. Pesonanya tidak akan pernah habis walau jarak yang harus ditempuh sangat susah , bertandus karena melalui gunung kapur.

Inilah yang menarik sebuah perjalanan tentang peziarahan dan hidup manusia untuk mencari sang pencipta yang maha cinta. Walau berat , susah dan jalannya tandus berliku bahkan sangat jarang orang yang mengunjungi tetapi demi cinta kepada sang Ilahi pasti akan sampai juga karena ada niat tulus untuk bertemu denganNya.

Gua Maria Tritis, 28 Mei 2010

Veronica Setiawati

Ganjuran yang Tradisional.

Ketika kaki memasuki halaman parkir Gereja Ganjuran , saya dan teman-teman ziarek disambut oleh dua orang bapak yang memang sebagai penerima tamu. Mereka memakai pakaian jawa lengkap dengan blankon ( penutup kepala ) , baju beskap atau pakaian yang dikenakan kartun doyok dan kain panjang. Dari pintu luar halaman gereja pun sudah terlihat bentuk bangunan gereja yang menyerupai rumah joglo , rumah adat Jawa Tengah.


Saya berdiri di tengah halaman tengah kompleks gereja. Berdecak kagum melihat bangunan unik yang ada dihadapan saya. Namun karena kami hendak berdoa bersama-sama dahulu maka saya dan teman-teman mencari tempat berkumpul di sebuah tempat dekat candi hati kudus Yesus. Ooh yaa Candi Hati Kudus Yesus inilah yang membuat menarik dari Ganjuran.

Setelah selesai berdoa bersama, diberi kesempatan untuk waktu pribadi dan saya pergi ke dalam gerejanya. Tidak ada pintu, semua terbuka dari segala sisi. Tiang-tiang penyangganya dominan berwarna hijau. Di bagian tengah gereja terdapat empat pilar besar berdiri menahan langit-langit gereja yang terbagi empat bagian. Ukiran yang terdapat di setiap tiang penyangga sangat menarik karena berwarna hijau, kuning emas serta dipadupadankan dengan kursi kayu yang memanjang lengkap dengan tempat berlututnya. Menambah sejuk ketika berada ditengah-tengah atau duduk didalam gereja.


Pada bagian altar didominasi warna keemasan. Di belakang altar terdapat replika dua orang malaikat bersayap yang bersembah sujud menghadap sebuah tabernakel. Dibagian atas ada lukisan lidah api dan burung merpati yang merupakah symbol dari Roh yang berasal dari Allah. Sebelah kiri dan kanan altar terdapat replika dari Bunda Maria dan Hati Kudus Yesus. Dan sebelah kanan gereja, ada sebuah ruangan agak diluar terdapat alat-alat musik tradisional jawa. Disebelahnya persis terdapat bangunan yang dipakai sebagai pastoran dan sekretariat gereja ganjuran . Bangunan ini diresmikan oleh Bupati bantul Drs. H.M Idwam Samawi pada tanggal 23 Agustus 2009.

Diseberang gereja ada dua buah pendopo yang cukup besar. Dapat digunakan pengunjung atau para pengantar untuk beristirahat. Jika diperhatikan dibagian atas luar pendopo terdapat lukisan kaca yang menggambarkan dua orang malaikat sedang menyembah seorang raja di tengah mereka. Selain yang ada di atas bangunan pendopo , terdapat gambar dan replika tokoh-tokoh Yesus dan Maria , para malaikat. Semua gambar yang ada di lokasi gereja Ganjuran juga sangat tradisional pakaiannya seperti pakaian yang ada dalam wayang orang atau seperti yang ada pada candi Prambanan. Gaya arsitektur dan tradisi jawa sangat-sangat kental terasa jika berada di gereja Ganjuran. Begitupun yang terdapat pada tempat-tempat perhentian setiap jalan salib.

Menurut sejarahnya Gereja Ganjuran ini dibangun atas dasar sebuah ucapan syukur karena berkat yang melimpah. Bangunan gereja Ganjuran yang luasnya sekitar 2,5 ha ini dibangun oleh keluarga Schumutzuer pada tanggal 16 April 1924 dan mempunyai sebuah candi yang letaknya dipojok kompleks gereja. Mereka sekeluarga bersyukur bisa terlepas dari krisis kepanjangan serta memberi kemakmuran bagi para karyawan pabrik Gula nya juga masyarakat sekitarnya. Sehingga sampai sekarang gereja dan candi hati kudus yesus dijadikan tempat perziarahan dan ucapan syukur serta permohonan umat katolik.


Pelataran candi cukup luas dapat dipakai umat yang datang untuk berdoa, meletakkan lilin doa. Air suci yang diambil di sisi kanan candi dari sumber air juga terdapat di sebelah kanan candi dekat dengan toko souvernir. Untuk memasuki pintu masuk candi pun hanya disarankan dua orang saja karena memang pintunya sangat kecil hanya cukup dua orang. Ketika sampai di dalam pun pendoa hanya bisa bersila atau duduk dengan memakai lutut dihadapan replika Yesus yang menunjuk hati-Nya. Dari gambar inilah maka sehingga candi ini dinamakan Candi Hati Kudus Yesus. Kemudian jika hendak masuk ke dalam candi diwajibkan berjalan sungkem atau menggunakan lutut bila menaiki anak tangganya. Begitupun jika turun tidak boleh membelakanginya melainkan berjalan mundur sampai dipelataran candi. Mereka yang datang biasanya mempunyai ujud dan permohonan doa.


Seperti yang tadi saya sebutkan, di sebelah kanan candi terdapat pancuran air yang digunakan untuk mencuci muka. Jika ingin membawa pulang dapat ditampung pada sebuah tempat/jerigen kecil untuk di doakan dengan diletakkan pada pelataran candi. Bila ingin membeli tempat untuk jerigen air dapat dibeli di kedai yang tidak jauh dari candi. Harganya juga sangat terjangkau. Selain itupun terdapat juga benda-benda rohani, kaos, lukisan, dan lainnya.


Gereja dan candi hati kudus Yesus ganjuran ini pun telah diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono XI dan terdapat prasastinya di dalam gereja. Sewaktu gempa melanda Jogjakarta, bangunan gereja mengalami kerusakan dan baru selesai direnovasi. Tetapi bangunan candi tidak mengalami kerusakan apapun. Selain itu terdapat juga prasasti ucapan syukur yang diperbarui oleh Mgr Yustinus Kardinal Darmoyuwono. Disebelah kiri candi terdapat sebuah bangunan lain yang berisi alat-alat musik tradisional jawa, mungkin digunakan jika ada acara-acara tertentu.

Di dekat lokasi gereja ada tempat untuk mandi. Ada sebuah ketentuan tidak tertulis setempat jika mandi di air pancuran tersebut disarankan untuk tidak memakai sabun mandi ataupun menggunakan handuk. Karena air pancuran tersebut akan kering dengan sendirinya dibadan. Kebetulan pikir saya, sebab cukup lumayan badan saya sudah lengket semalaman perjalanan dibus ya akhirnya saya mandi.

Bersyukur sekali saya dapat menginjakan kaki ditempat ini. Gereja dan candi yang sangat sarat dengan tata cara tradisional jawa dan baru kali ini saya kunjungi.

Tempat yang unik dan menarik dimana masih tersimpan budaya jawa yang cukup kental. Bahkan ketika saya melihat di jadwal misa terdapat beberapa hari yang di tentukan masih memakai bahasa jawa. Dan setiap akhir bulan Juni ada prosesi atau perarakan Sakramen Mahakudus di pelataran candi serta menggunakan tradisi Jawa.

Gereja dan Candi Hati Kudus Yesus Ganjuran , 28 Mei 2010

Veronica Setiawati

Saturday, June 05, 2010

Jelajah Malam Kota Jogja ( alone )

Malam hari sekitar pukul 19.00 bus memasuki halaman hotel. Rasa penat dan gerah dari sepanjang hari ziarek rasanya ingin saya balas dengan mandi. Apalagi panitia ziarek mengatakan bahwa malam di jogja adalah acara bebas bagi peserta. Hmm.. pikiran saya mulai menari membayangkan indahnya suasana kota jogja di waktu malam.Keluar dari hotel Asia Afrika yang ada di jalan pasar kembang , saya berjalan kaki menuju pasar malioboro.


Beberapa tukang becak di depan hotel tak kalah semangatnya menawarkan jasanya untuk mengajak saya berkeliling malioboro dengan becak. Suasana malioboro sangat ramai seperti biasanya. Untunglah malam sabtu walaupun ramai tetapi masih ada celah buat saya berjalan kaki menyusuri sepanjang Jalan Ahmad Yani yang lebih dikenal dengan nama Malioboro.


Saya memang tidak membeli apa-apa untuk oleh-oleh dan juga tidak mencoba makanan pinggir jalan. Niat saya hanya menikmati malam di kota Jogya sendirian. Melihat beberapa souvenir yang unik , para pedagang yang berjualan , delman dan becak yang berjejer di sepanjang jalan Malioboro. Atau sekedar berdiri mendengar beberapa pengamen jalanan bernyanyi penuh semangat di pinggir jalan. Apalagi di langit tampak bulan purnama membuat malam sangat indah terlihat di kota jogja.

Lampu-lampu kota dan kendaraan yang berkilauan membuat saya serasa seperti di kota Jakarta. Di seberang jalan sana berjejer warung-warung jajanan lesehan yang penuh dengan para penikmat makanan dan pengamen jalanan. Syaa berjalan lagi dan berhenti depan mal malioboro duduk di pembatas jalan yang terdapat lampu-lampu jalanan. Saya mengambil gambar dari lampu-lampu jalanan kota jogja yang menarik ya walaupun hasilnya banyak yang bergoyang. Kaki terus melangkah dan sampailah pada suatu tempat di nol km kota Jogja. Suasana sangat ramai seperti biasanya banyak sekali pertunjukan seni..


Melihat kerumunan orang banyak di sebrang jalan. Hati saya tergerak ingin tau ada apa di sana. Ternyata di depan pintu pagar istana ada sebuah pertunjukan kuda lumping oleh sebuah keluarga. Saya berhenti dan memperhatikan kegiatan mereka. Seorang anak yang diikat sekujur tubuhnya hingga menyerupai pocong kemudian dipecut oleh seorang laki-laki dewasa yang mungkin itu ayahnya. Setelah itu ia terjatuh lalu ditutupi kain dan begitu kain terbuka anak tersebut sudah terbuka ikatannya.


Semua penonton yang berada disekeliling mereka bersorak bertepuk tangan. Setelah itu sang ayah melakukan atraksi yang lain sementara seorang anak lelaki kecil yang lain mempersiapkan diri dengan kuda lumpingnya. Sang ayah berkumur dengan minyak tanah kemudian ditangannya memasukkan bara api ke dalam mulutnya sehingga menyeburkan kobaran api yang besar. Atraksi ini menarik sekali.

Ketika musik kendangan berbunyi, anak kecil yang sudah siap dengan kuda lumpingnya mulai berjoget mengikuti alunan musik. Berguling, salto , dan melompat itulah yang dia lakukan tetapi tidak menakuti para penonton. Diantara penonton ada seorang perempuan paruh baya yang meminta saweran sekedarnya untuk atraksi ini. Atraksi lainnya , ketika anak kecil yang lain melakukan hal yang sama sperti sang ayah, yakni berkumur dengan minyak tanah hingga membuat kobaran api, sang ayah malah memasukan diri nya ke dalam sebuah gentong kayu kecil yang kedua ujungnya dibuat bolong. Sungguh lucu adegan tersebut karena hanya sebagian saja tubuhnya terikat dalam gentong dan ia ditarik berkeliling oleh sang anak perempuannya. Beberapa orang termasuk saya pun mengambil photo beberapa atraksi yang menarik dari pertunjukan ini.


Belum selesai acara , saya berjalan menyusuri sepanjang jalan di depan tugu serangan umum 1 maret. Banyak sekali lukisan yang dipajang dipinggir jalan. Kaki terus melangkah melewati Taman budaya. Sepi sekali tidak terlalu banyak kendaraan hanya terlihat beberapa orang duduk-duduk. Kemudian dari tempat ini menemukan kembali jalan malioboro. Setiap jajanan makanan masih penuh pengunjung yang menikmatinya. Beberapa toko sudah mulai tutup namun beberapa tempat lesehan baru membuka dagangannya setelah toko di depannya tutup. Namun karena saya sudah sangat lelah , akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke hotel dan istirahat.


Walaupun saya tidak membeli apa-apa tetapi jelajah malam telah membuat saya membaur dengan segala aktivitas malam kota jogja. Menyenangkan sekali melihat apa yang mungkin sudah umum namun tidak terlalu diperhatikan. Dan memang kota jogja selalu menarik untuk disinggahi.

Jogja, the most lovely city, Sabtu 29 Mei 2010

Veronica Setiawati

mail to g1g1kel1nc1@yahoo.com.au

Kegiatan Ziarek KKMK KAJ – Faith in God


Menyenangkan bagi saya mempunyai waktu mengikuti kegiatan kerohanian lagi. Kali ini bersama teman-teman dari Kelompok Karyawan Muda Katolik Keuskupan Agung Jakarta ( KKMK KAJ ). Dalam liburan akhir bulan Mei yang panjang , berziarah ke beberapa Gua Maria seperti Ganjuran – Bantul , Gua Maria Tritis Gunung Kidul dan Kaliori Purwokerto. Serta diakhiri dengan rekreasi ke pantai pangandaran dan green canyon.

Bagi saya begitu membaca tempat-tempat yang akan dikunjungi menarik sekali. Gereja dan candi Hati Kudus Yesus Ganjuran , belum pernah saya kunjungi. Saya penasaran ingin mengetahui seperti apa bentuk dari candi tersebut. Karena begitu saya lihat di photo tempat ini begitu unik dan menarik. Selain itu juga karena tempat-tempat yang lainnya sperti Gua Maria Tritis serta Kaliori yang belum pernah juga saya kunjungi sungguh membuat saya tertarik. Ya akhirnya saya memutuskan untuk ikut acara ziarek tersebut. Setiap peserta yang ada dalam satu bus pun mempunyai motivasi yang berbeda saat ditanya alasan mengikuti acara ziarek ini , seperti belum pernah ke jogja, belum pernah mengunjungi ganjuran , sudah lama tidak mengikuti kegiatan ziarek , belum pernah ke green canyon dan lainnya.


Para panitia pun sangat ramah kepada peserta yang baru pertama kali ikut atau yang datang sendirian seperti saya. Mereka menerima kami dengan baik. Perjalanan panjang selama empat hari tiga malam pun tidak terasa melelahkan karena kekompakan dari para panitia yang membuat para pesertanya yang berjumlah sekitar 40an orang merasa nyaman dengan bus yang mengantar kami . Bagi saya susunan acara yang dibuat panitia tidak terlalu mengekang peserta. Cara mereka menyampaikan informasi dari beberapa tempat yang akan kami kunjungi pun menarik bagi saya, selain apa yang tercantum dalam buku ziarek serta beberapa artikel yang telah dibagikan. Seperti ketika menjelaskan sebuah lokasi desa wisata ketika memasuki Gua Maria Ganjuran ataupun tempat – tempat wisata lain disekitar kota jogja.


Tentu saja berbeda dengan trip jalan-jalan yang pernah saya ikuti, dalam ziarek ini disepanjang perjalanan selalu ada doa yang membuat saya, setelah perjalanan ziarek ini menjadi terbiasa untuk berdoa pada jam-jam tertentu. Contohnya sperti doa malaikat Tuhan yang mempunyai jam doa pkl 06.00 , pkl 12.00 dan 18.00. Kemudian doa Rosario setiap hari, dimulai pada hari kamis malam saat kami berangkat sampai hari minggu pagi ketika perjalanan menuju green canyon. Belum lagi setiap pukul 15.00 ada rangkaian doa koronka. Saya merasa sungguh terberkati karena saya sekarang mulai jarang berdoa , tetapi ketika mengikuti ziarek tidak henti-hentinya tangan saya memegang Rosario dan berdoa. Ajaib ! sama ajaibnya seperti perjalanan ziareknya yang sungguh lancar tanpa terhalang macet sejak awal kami berangkat sampai tiba kembali di tempat tujuan di gereja Theresia. Tuhan sungguh pegang peranan.


Jikalau mengadakan ziarah ke gua maria pasti ada ujud doa yang akan disampaikan. Ketika akan memasuki GM Ganjuran , kertas untuk menulis ujud doa dibagikan. Saya segera menulis beberapa ujud doa pribadi dan keluarga. Kertas-kertas ujud doa yang sudah ditulis oleh tiap peserta dikumpulkan dalam satu kotak. Begitu kami tiba di kompleks gereja ganjuran, kertas-kertas doa tersebut didoakan bersama – sama. Untuk jalan salib , panitia mengadakannya ketika kami tiba di Gua Maria Tritis Gunung Kidul. Beberapa peserta juga dilibatkan dalam pembacaan renungan jalan salib. Lembaran bacaan tiap perhentian disediakan oleh panitia. Setelah itu kertas –kertas doa yang terkumpul di doakan kembali bersama-sama. Terakhir kertas-kertas ujud doa tersebut dibakar pada saat doa umat dalam misa kudus ekaristi di gereja kaliori banyumas oleh pimpin romo Vincent yang memimpin misa.


Oh ya sewaktu registrasi ulang, ada pencatatan tanggal lahir. Dua orang peserta yakni Leni dan Adi , mereka berulang tahun di bulan Mei. Serentak kami menyanyikan lagu selamat ulang tahun buat mereka berdua. Meriah sekali. Lalu mereka menyalami semua orang dalam satu bus..

Untuk penginapan , panitia juga berusaha memberikan tempat yang terbaik untuk kami. Sewaktu di kota jogja ketika selesai dari Gua Maria Tritis kami menginap di sebuah hotel di dekat malioboro serta esok paginya mendapat sarapan soto ayam. Hotelnya cukup bagus, satu kamar untuk dua orang. Buat saya sudah cukup untuk tempat istirahat karena bisa mandi dan tidur nyenyak. Begitupun ketika di Pangandaran , selesai ziarah dari kaliori, juga disediakan tempat penginapan oleh panitia di wilayah yang sangat strategis. Sehingga memudahkan kami menuju pantai barat atau pantai timur pangandaran. Hotel di Pangandaran pun juga lebih bagus apalagi sarapan nasi goreng yang menjadi makanan favorit dan itu saya enak sekali.

Kalau saya amati untuk makanan pun sangat diperhatikan oleh para panitia yang terdiri dari 5 orang ini. Snack , makan siang dan makan malam pun ada jadwal-jadwal tertentu dan tidak akan membuat para peserta kelaparan atau mengeluh soal ini. Terlebih air minum juga tersedia sangat banyak. Untuk hal ini saya pun acungkan jempol untuk para panitia. Panitia juga memberikan waktu yang leluasa kepada para peserta untuk berdoa pribadi atau membeli souvenir . Kemudian berkumpul kembali sesuai dengan jadwal yang telah diberikan panitia.Waktu yang diberikan panitia bisa saya manfaatkan lebih untuk berdoa pribadi dan menjelejahi serta mendokumentasikan photo dari tempat – tempat tersebut dengan lebih leluasa supaya mendapatkan hasil yang maksimal.

Cara-cara para panitia sperti Agnes Dian, Yoli , Jenifer , Hendrawan dan Landy serta dibantu dengan Era patut diacungin jempol . Para peserta yang awalnya yerkesan malu-malu dan suasana beku , perlahan-lahan menjadi cair. Seperti dengan menyanyikan lagu-lagu , kesaksian hidup, perkenalan dan memang kebanyakan acara yang mencairkan suasana tersebut dilakukan di bus. Beberapa diskusi yang menarik juga diangkat supaya lebih akrab seperti membahas mengenai percintaan, ya maklum saja karena para pesertanya adalah kaum muda yang mungkin juga sebagian besar sedang mencari pasangan sejatinya.


Bagi saya mengikuti kegiatan ziarek bukan hanya sekedar jalan-jalan atau senang-senang. Tetapi lebih dari itu yakni mencari makna yang terdalam dari hidup saya. Penyertaan Tuhan sepanjang perjalanan hingga dalam cuaca bahkan ketika di pantai pangandaran Dia berikan sunrise yang sangat sangat indah dan membuat saya terkagum-kagum. Betapa sempurnanya matahari pagi juga diberkatinya sepanjang hari sampai di green canyon dengan tidak hujan. Itu sunguh luar biasa. Kerinduan akan doa dan kumpul dengan kawan-kawan seiman turut menguatkan saya. Setidaknya ketika tiba dirumah dan telah berpisah dari mereka , ada kerinduan berdoa seperti yang telah dilakukan selama dalam perjalanan ziarek. Dan itu sungguh menjadi berkat yang tidak ternilai buat saya.

( GM Ganjuran, GM Tritis , GM Kaliori , Pangandaran dan Green canyon 27 – 30 Mei 2010 )

..Veronica Setiawati..
Mail to : g1g1kel1nc1@yahoo.com.au
http://g1g1kel1nc1.blogspot.com