Kraukk.com

728 x 90

Sunday, October 31, 2010

Di Puncak Jakarta

Puncak Jakarta akhirnya dapat ku taklukan! :D
Akhir Oktober 2010, sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya yang lahir di Jakarta, untuk sampai di Puncak Jakarta, mana lagi kalau bukan di Monas. Perjuangannya pun cukup melelahkan, karena harus rela mengantri berjam-jam untuk bisa masuk ke pelataran tugu monas bahkan sampai ke puncaknya.

Sudah lama saya ingin sekali mengunjungi bahkan bisa memasuki Monas. Bukan hanya di pelataran tamannya saja loh.
Rasa ingin tahu yang besar itulah yang membuat saya melangkah ke sana. Luar biasa buat saya, begitu berada di Monas ,karena pagi hari begitu saya sampai di depan loket, sudah penuh orang yang mengantri. Padahal masih pagi sekitar pukul 08.30 wib.

Mungkin juga karena hari minggu, pikir saya, jadi mereka yang datang ingin menghabiskan liburannya bersama keluarga ke tempat ini. Atau juga, mereka yang baru saja selesai berolah raga pagi, kemudian menyempatkan diri untuk berkunjung. Entahlah , mungkin juga selain hal-hal tersebut, tiket masuk yang ditawarkan sangat terjangkau, yakni Rp 2.500 ( dewasa) . Dengan tiket seharga tersebut, maka semua pengunjung termasuk saya dapat masuk ke pelataran tugu monas dan sampai cawannya atau mengunjungi museumnya.

Di halaman cawan tugu monas , banyak sekali yang bisa saya lihat dan amati. Ternyata dibalik dinding taman monas yang mengelilingi tugu tersebut, terdapat relief-relief yang menarik, dan menyerupai aslinya. Setiap dinding relief, menceritakan sejarah dari perjuangan Indonesia. Seperti, ada kisah Majapahit, Olahraga khususnya bulutangkis , jaman penjajahan VOC dan sebagainya. Selain relief , terdapat taman-taman yang menghiasi halaman dari pelataran tugu monas.

Di bagian bawah cawan ada sebuah ruangan yang sangat luas dan besar, yang berisi diorama atau gambar-gambar dalam kaca tentang cerita dari perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah. Bukan hanya gambar tetapi di setiap diorama ada keterangannya dalam bahasa Indonesia ataupun Inggris, jadi para pengunjung termasuk saya yang masih awan soal sejarah , bisa membacanya. Ruangan ini sangat dingin , karena memang ber AC ini. Oh ya, selain terdapat lima ruangan diorama yang berjejer rapi disetiap dinding, juga terdapat sebuah box informasi. Isinya adalah mengenai informasi transportasi kota Jakarta termasuk transportasi monorel dari berbagai negara lengkap dengan gambar dan ada maketnya juga loh. Keren deh.

Satu lagi, jika ingin mengetahui serba serbi dari monas atau tahun pembangunan monas bisa melihat foto-fotonya yang terpajang rapi di beberapa tiang disudut ruangan. Saya sampai termangu melihat foto-foto tersebut. Penuh pengunjung di ruangan ini dan sangat ramai, mungkin karena dingin, banyak diantara pengunjung memanfaatkannya untuk istirahat sambil tiduran. Saya tidak menyangka ternyata di dalam monas yang menjulang tinggi seperti terlihat diluar, terdapat sebuah Ruangan yang luas ini yang di sebut : "Museum Sejarah Nasional"

Tepat di atas museum ini , terdapat sebuah ruangan lagi, namanya "Ruang Kemederkaan" Jika dari tangga terowongan setelah membeli tiket masuk , menaikin tangga akan menemukan sebuah pintu masuk dengan ukiran yang sangat bagus. Di dalamnya terdapat gambar replika dari tugu Monas, kemudian saya menaiki tangga lagi dan berada pada sebuah ruangan yang agak redup. Tempat duduk bertingkat beralaskan keramik tanpa sandaran, memenuhi ruangan diatas, mengikuti bentuk dari cawan yang menjadi dasar dari tugu. Banyak juga sih para pasangan disini, hmm :D.

Saya tertarik dengan satu tiang yang besar ditengah-tengan ruangan ini. Kenapa? karena di setiap sisinya terdapat hal yang berhubungan dengan kemerdekaan negara. Ketika saya mengitarinya , di sisi pertama saya melihat proklamasi, lalu sisi berikutnya sebuah peta nusantara dari Sabang sampai Marauke berjajar pulau-pulaunya, kemudian ada lambang Garuda Pancasila. Setiap gambar atau tulisan tersebut berwarna kekuningan seperti memakai lapisan emas dan sisi terakhir adalah sebuah pintu yang dasarnya hijau tapi motif yang ada pada pintu berwarna emas juga..Hmm.. seperti lambang kejayaan.

Setelah puas memandangi itu semua, waktunya buat saya mengunjungi puncaknya. Yahh dengan tekad sebulat tenaga dan semangat membara, saya membeli tiket lagi untuk sampai ke puncak dengan harga Rp 7.500 ( dewasa ) yang loketnya di samping pintu masuk ruang kemerdekaan. Untunglah di sekitar pelataran cawan ini masih ada yang jualan air minum , jadi masih bisa melegakan tenggorokan , namun tetap saja penjualnya kucing-kucingan dengan petugas. Butuh kesabaran untuk sampai ke pintu masuk lift , karena anteriannya cukup memakan waktu hingga 1.5 jam lamanya. "Seperti mau nonton konser di senayan saja" celoteh saya dalam hati.

Menjelang pintu masuk lift seorang petugas memeriksa tiket yang sudah dibeli, ada yang salah tiket dan belum membeli padahal sudah di hampir dekat pintu lift. "Silakah beli lagi tiket untuk kepuncak diloket sebelah sana pak, karena tiket ini hanya sampai dipelataran saja." begitu ujar petugasnya. Untunglah dia bersama keluarga, jadi bisa tetap antri sementara yang lainkeluarga yang lain membeli tiket. Lift yang akan membawa pengujung ke puncak lama sekali. Selain itu liftnya pun hanya dibatasi 11 orang di dalamnya. Ketika Lift menunjukkan angka dua dan tiga bisa menghabiskan waktu 3 menit , waktu perjalanan lift sepanjang tiang menuju dan dari puncak... Harus ekstra sabar untuk menunggu pintu lift terbuka sampai ke lantai satu lagi. Karena ketika lift yang dinaiki ini , begitu sampai di angka tiga berarti dipakai untuk menurunkan/menaikan pengunjung dari atau ke puncak monas . . Pengunjung yang dari puncak, diturunkan di lantai dua / pelataran atas cawan , jadi begitu liftnya sampai di lantai satu , dikhususkan untuk pengunjung yang akan naik ke puncak dan sudah berlelah mengantri.

Sampai dipuncak, waahh suenengnya saya merasakan angin yang cukup kencang.. jadi inget kalau mendaki gunung, sudah kelelahan dalam perjalanan begitu tiba di puncak lelah tersebut akan terasa hilang begitu saja. Karena sejauh mata memandang, pesona keindahan terbentang. Sperti halnya ketika di puncak monas, disana gedung-gedung bertingkat seakan tidak ada yang tersembunyi lagi. Setiap sudut barat , timur , selatan dan utara terlihat jelas tanpa halangan. Namun sayang, hampir tidak ada ruang hijaunya untuk kota Jakarta . Sejauh mata memandang hanya gedung dan rumah penduduk yang sangat padat. Namun dua buah gunung yakni GedePangrango dan Salak terlihat jelas di sebelah selatan, menambah keindahan kota. Dan saya tidak henti-hentinya memandang semua yang terpajang jelas didepan mata. Indah dan amazing.

Puncak monas, berbentuk empat persegi panjang dan dipagari teralis besi sekelilingnya. Disediakan juga alat untuk meneropong tentunya mengganti coin yang digunakan untuk teropong tersebut dengan Rp 2.000, dan bisa menikmati keindahan gedung-gedung jakarta yang menjulang. Di setiap bagian arah mata angin, terdapat informasi berupa gambar dan tulisa , dari setiap bangunan atau gedung yang ada dihadapannya. Misalnya, stasiun gambir, Masjid Istiqal, Kathedral, Gereja Immanuel, Istana Negara, Gedung Pertamina dan sebagainya.

Menyenangkan sekali, semua terlihat kecil ketika saya melihat dari atas puncak monas. Bahkan jarak antara tempat satu ke tempat lainnya seakan dekat tidak ada batas, padahal kalau saya tempuh dengan kendaraan bisa berjam-jam terkena macet. Itulah perjalanan saya ketika dipuncak Jakarta dan saya tidak penasaran lagi :D

Monas, Jakarta, 31 Oktober 2010

Veronica Setiawati
http://g1g1kel1nc1.blogspot.com

Tuesday, October 12, 2010

Berwisata Air Di Tawangmangu Dan Wonogiri

Sewaktu solo ada dua tempat yang saya dan teman-teman datang mengunjungi yakni Air Terjun Sewu ( grojogan sewu ) dan Waduk Gajah Mungkur. Masing - masing tempat memiliki keunikannya tersendiri.

Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri, merupakan waduk terbesar di Asia Tenggara dan juga menenggelamkan beberapa desa. Menurut sejarahnya waduk ini dibuat sekitar tahun 1970-an , berfungsi utama sebagai pengendali banjir sungai Bengawan Solo. Dari sepanjang jalan memasuki kabupaten Wonogiri sudah terlihat waduknya yang besar. Waduk Gajah Mungkur memiliki luas 9.700 hektar dengan panjang waduk mencapai 1.452 meter, tinggi waduk 42 meter dan volume 730 juta meter .

Angin waduk pun menyapa saya dan teman-teman ketika berada di dalam kawasan wisata ini. Banyak para pedagang yang menjual ikan-ikan basah tangkapan dari waduk ini. Disediakan juga jasa sewa perahu untuk mengelilingi waduk selama satu jam. Ada juga dua pendopo dekat dermaga yang digunakan untuk tempat makan. Letaknya persis di belakang ruang informasi. Pengunjung sangat ramai , karena mungkin masih suasan libur lebaran. Sore hari dan sedikit mendung tidak mengurangi jumlah pengunjung tempat ini yang tutup pkl. 17.00

Disekitar waduk , ditepi jalan, banyak warung yang menjual hasil tangkapan dari waduk Gajah Mungkur. Siapun yang lewat pasti akan mencium aromanya. Sebentar lagi waduk ini akan akan menambahkan keramaiannya dengan dihadirkannya sebuah wisata air waterboom. Dari waduk ini juga dapat melihat mereka yang sedang terbang dengan menggunakan paralayang.

Grojogan sewu, berada di Tawangmangu. Perjalanan dari terminal bus solo bisa menghabiskan waktu sekitar 1,5 jam dengan biaya sejumlah Rp 9.000 per orang. Namun ketika memasuki Tawangmangu , selain jalan yang dilalui berkelok-kelok seperti menuju puncak Bogor, juga disuguhi pemandangan yang sangat menarik. Begitu sampai diterminal Tawangmangu dapat berjalan kaki atau menyewa kendaraan untuk sampai di pintu gerbang air terjun ini.

Udara yang dingin menyambut kedatangan kami. Banyak kera di sekitar pintu masuk. Unuk pintu masuk dan keluar dibedakan. Oh ya htmnya Rp 6.000/orang tp kalau turis bisa Rp 19.000 wow bedanya jauh ya :D . Lumayan jauh sih untuk sampai ke air terjunnya. Jalannya sudah bagus dengan tangga menurun. Pohon-pohonnya yang masih rimbun dan alami. Beberapa kera juga bebas berkeliaran di tangga nya.

Dari jarak beberapa meter sebelum akhir dari jalan masuk ke kawasan, air terjun sudah terlihat. Banyak pedagang yang menawarkan sate kelinci yang merupakan makanan khasnya. Air terjun cukup tinggi dan dikelilingi bukit-bukit. Untuk mendekati ceruk air terjunnya harus melewati batu-batuan yang curam dan licin. Dan hembusan angin yang cukup kencang ketika mendekatinya. Namun , ceruk ini begitu dangkal dan bisa digunakan untuk menikmati air yang jatuh dari atas. Dari tempat jatuhnya air terjun , bisa melihat pemandangan yang luas dari arah pintu masuk dan kolam renang anak-anak jauh diujung sana.

Di dekat jembatan tedapat patung ular cobra. Menarik sekali dibuat di sini dapat digunakan untuk membasuh muka atau mencuci kaki. Selain itu , terdapat juga beberapa arena permainan outbond seperti flying fox dan rafting mini dengan harga yang terjangkau. Di luar kawasan ini terdapat juga beberapa rumah yang disewakan jika ada pengunjung yang berencana menginap. Kuliner yang dapat di nikmati di sekitar Tawangwangu adalah sate kelinci. Jika ingin membeli cinderamatapun dapat membelinya diluar pintu gerbang.

Ohya, kalau akan keluar menuju pintu gerbang akan menaiki tangga. Lumayan jalananya menanjak dan berkeringat kembali. Anak tangga yang dinaiki berjumlah 1.250 anak tangga dan dari sini merupakan akhir dari wisata air terjun / Grogojan Sewu Tawangmangu. Melelahkan tapi juga menyenangkan.

Wonogiri dan Tawangmangu, 15 - 16 September 2010

Veronica Setiawati
http://g1g1kel1nc1/blogspot.com

Kota Toea : Jelajah Antjol

Mungkin sebagian besar orang hanya mengetahui Ancol terkenal dengan pantainya atau Dufan serta Gelanggang Samudranya. Namun dibalik tempat wisata ini , Ancol memiliki keunikan dan rahasia tersendiri, yang mungkin belum banyak dari kita yang mengetahuinya.

Stasiun Barang Kampung Bandan, dahulu digunakan utnuk mengantarkan rempah-rempah menuju Pelabuhan Tanjung Priok. Selain itu , bangunan ini dijadikan tempat penyimpanan atau gudang. Stasiun ini masih digunakan sampai sekarang sebagai stasiun barang dengan rute Jakarta – Surabaya.

Tidak jauh dari stasiun , ada sebuah masjid tua yang bersejarah dan merupakan salah satu cagar budaya. Mesjid tersebut bernama Masjid Al Mukaromah atau Masjid Kramat Kampung Bandan. Di sana terdapat tiga buah makam para penyebar Islam di Jakarta yakni makam Habib Mohammad bin Umar Al-Qudsi ( wafat pada 23 Muharram 1118H ) , Habib Ali bin Abdurrahman Ba’Alwi ( wafat 15 Ramadhan 1122 H ) dan pendiri masjid Habib Abdurahman bin Alwi ASy-Syathri ( wafat 18 Muharram 1326 H )

Nama Kampung Bandan awal mulanya dinamakan demikian karena ada tiga versi yang umum di masyarakat sekitarnya. Pertama , merupakan sebuah ikatan orang-orang Bandan atau paguyuban yang berasal dari Maluku – Ambon. Kedua, karena disekitar sana terdapat pohon pandan, jadi orang-orang mendengar kata pandan menjadi Bandan. Dan yang ketiga , karena beberapa orang melihat secara jelas disekitar tempat tersebut para tentara Jepang yang membawa beberapa tawanan. Entahlah dimana diantara ketiga ini yang dipakai untuk menamai tempat tersebut.

Bentuk bangunan masjid ini sayangnya sudah mengalami perubahan dan penambahan ruang, mungkin hanya sebagian saja yang masih telihat bentuk aslinya. Seperti atap masjid yang atapnya masih berbentuk seperti jajaran genjang namun bertingkat tanpa kubah. Hal tersebut sebenarnya mengandung makna yang dalam bahwa menandakan tingkatan langit, kemudian tiang-tiang yang terpasang pada jendela yang berbentuk empat persegi panjang serta pilar-pilar yang ada di dalam masjid, lalu pintu masuk ke dalamnya yang masih lebar. Jika melihat ke halaman masjid juga terdapat makam-makam tua yang tanpa nama dan tidak diketahui. Batu nisannya pun bentuknya bermacam-macam, ada yang berupa gada, atau batu tugu.

Sebuah bangunan sejarah dapat termasuk dalam cagar budaya jika usianya lebih dari 50 tahun. Ada empat hal yang sangat diperhatikan agar sebuah bangunan masih termasuk dalam Cagar budaya antara lain pertama adalahkeaslian bahan misalnya dibuat dari jati , maka pergantiannya juga memakai kayu jati, kemudian yang kedua adalah bentuk bangunan, ketiga keaslian tata letak dan keempat adalah pengerjaannya. Jika nilai empat hal tersebut dari sebuah bagunan bersejarah maka nilai cagar budaya bangunan tersebut sudah tidak ada lagi. Jadi , jika sebuah bangunan bersejarah sudah hilang nilai sejarahnya , plang nama yang menyatakan bahwa bangunan tersebut masuk ke dalam cagar budaya harap ditinjau kembali atau sebaiknya dicabut.

Begitu pun dengan bangunan Klenteng Antjol atau Vihara Bhakti sudah banyak mengalami perubahan dari bentuk aslinya. Namun , jika ingin mengetahui sejarahnya masih dapat diceritakan. Klenteng Antjol atau Da Bo Gong Ancol, merupakan salah satu tempat peribadatan yang tertua dan bersejarah. Letaknya dekat pinggir laut dan berada dikawasan perumahan elite Pasir Putih. Begitu memasuki gerbang klenteng seperti menyusuri sebuah lorong rumah sakit. Kemudian sampailah di sebuah ruang utama dimana terdapat makam dari suami istri yang bernama Iboe Siti Wati dan Sampo Soei Soe.Di atas makam mereka di dirikan sebuah tempat peribadatan untuk mereka.

Dikisahkan bahwa Sampo Soei Soe jatuh cinta dengan seorang gadis pribumi yang juga penari ronggeng Sunda bernama Siti Wati. Kemudian mereka menikah dan nama mereka diabadikan dalam Klenteng yang dibangun pada tahun 1650 ini. Di sebelah makam mereka terdapat satu buah makam lagi yang bernama Sam Po Tay Djin. Bangunan ini masih terlihat bentuk aslinya seperti bentuk atapnya tidak berubah. Namun bagian lain diruang bangunan utama ini sudah mengalami penambahan bangunan baru.

Uniknya, di klenteng ini tidak diperbolehkan memakan daging babi atau petai. Klenteng ini satu-satunya klenteng kombinasi, coraknya Taois dengan gaya khusus karena klenteng ini dikaitkan dengan makam seorang Islam yang dianggap keramat dan sekaligus menjadi tempat pemujaan baik bagi orang Tionghoa maupun penduduk pribumi. Selain Klenteng utama , terdapat juga klenteng khusus Dewi Kuan im dan Sang Buddha , kemudian bagian belakang terdapat makam Embah Said Areli Dato Kembang bersama istrinya Ibu Enneng (Pha Poo) yang merupakan Orangtua Iboe Siti Wati , yang mana ayahnya adalah seorang Pejabat kraton sebagai juru catat / sekretaris pada masa Kerajaan Padjajaran.

Tidak jauh dari klenteng , terdapat sisa – sisa peninggalan sebuah benteng yang waktu penjajahan Belanda digunakan untuk menahan serangan musuh. Benteng Ancol yang masih ada , tidak terlihat sebagai benteng karena sudah ada peninggian tanah di sekitar benteng, sehingga sekarang yang terlihat hanya tembok yang memanjang saja. Ketebalan benteng tersebut bisa mencapai 100cm lebih, dipinggirnya masih terdapat lubang-lubang jendela yang dahulu digunakan untuk meletakan senjata atau meriam.

Satu lagi tempat bersejarah yang mungkin belum diketahui orang banyak adalah sebuah taman makam di Ancol. Ereveld merupakan sebuah Taman Makam Kehormatan , dibangun pada tanggal 14 September 1946, oleh yayasan Oorlogsgravenstichting yang berpusat di Belanda. Di tempat ini terdapat sekitar 2.000 jasad dari beberapa makam dan berbeda-beda bentuk nisannya. Sebab, setelah tahun 1960, makam-makam yang tersebar di seluruh Indonesia sebanyak 22 makam itu kemudian dipindahkan dan dipusatkan di pulau Jawa. Ada tujuh taman makam Everld ini yang masih ada di Pulau Jawa yakni di Jakarta (Menteng Pulo dan Ancol), Bandung (Pandu dan Leuwigajah), Semarang (Kalibanteng dan Candi), dan Surabaya (Kembang Kuning).

Mereka yang dimakamkan di taman makam ini adalah para korban kekejaman tentara Jepang. Para korban itu yang bukan hanya tentara Belanda saja tetapi ada juga rakyat pribumi dan mereka meninggal dengan cara di eksekusi mati atau dibantai dengan senapan / samurai . Lokasi pembantaian tersebut pada sebuah pohon , letaknya tidak jauh dari monument yang berada ujung makam. Sedangkan tempat yang menjadi monument saat ini , dahulunya merupakan tempat dikuburnya para korban pembantaian. Jadi setelah mereka di eksekusi mayat-mayat mereka dikubur dalam satu tempat hingga membentuk gundukan. Diantaranya yang dimakamkan di sini adalah Prof Dr Achmad Mochtar, seorang Indonesia pertama yang menjadi Direktur Lembaga Eijkman. Monumen ini dibangun untuk mengenang mereka yang telah mengorbankan diri mereka dan juga mereka yang tidak disebut namanya di makam di tempat ini.

Oh ya , jika ada yang ingin tahu tentang ramal meramal? Nah, disalah tempat yang dikunjungi ada sebuah ramalan dari sebuah tongkat yakni di Klenteng Ancol. Caranya, kedua tangan direntangkan sejajar tongkat tersebut. Kemudian oleh seorang penjaganya ditandai batas rentangan tangan dan dibawa doa dihadapan makam Embah Said. Setelah itu kembali tangan direntangkan sejajar dengan tongkat , jika batas pertama dilewati oleh jari maka pertanda bagus tetapi jika tidak maka sebaliknya.

Selain itu ada juga ramalan Ciam si, mungkin ini ada disetiap klenteng. Cara mengetahuinya adalah pertama, kocok sampai keluar satu batang bambu yang terdapat nomor ramalannya, setelah itu batang bambu yang keluar tersebut diletakan pada sebuah tempat dupa di depan altar sembahyang. Kemudian ada buah batu berbentuk Ying dan Yang di putar-putar di atas tempat dupa setelah itu dilemparkan. Jika hasil lemparannya adalah Kedua benda tersebut terbuka berarti permintaan ditertawakan, jika keduanya tertutup berarti tidak ditolak permintaannya tetapi jika salah satunya terbuka berarti dikabulkan dan melanjutkan untuk mengambil kertas sesuai dengan nomor yang ada pada batang bambu tersebut. Yah hasil dari kertas tersebut boleh dipercaya boleh tidak namanya juga ramalan.. :)


Jakarta - Antjol , 10 Oktober 2010

Thanks to : Komunitas Jelajah Budaya Kota Toea

Veronica Setiawati

http ://g1g1kel1nc1.blogspot.com

mail to : g1g1kel1nc1@yahoo.com.au

Sunday, October 10, 2010

Pulau Onrust, Cipir dan Kelor Dalam Sejarah

Akhirnya saya bisa dapat mengunjungi satu kompleks gugusan kepulauan seribu yang masih menilai sejarah seperti Pulau Kelor, Pulau Onrust dan Pulau Cipir.

Pulau Kelor adalah sebuah pulau yang kecil tidak berpenghuni kecuali beberapa ekor kucing , yang menurut mitosnya kucing tersebut dibawa oleh para tentara VOC dari Belanda. Tetapi di tengah - pulau terpencil ini terdapat sebuah benteng pertahanan yang difungsikan sebagai pengawas serangan musuh yang berasal dari laut Jawa, seperti serangan dari Kerajaan Mataram. Benteng yang sebagian besar bahannya adalah batu bata merah bernama "Benteng/Menara Mortelo". Dari menara Mortelo ini , kemudian tentara VOC mengirimkan sinyal oeringatan ke Pulau Onrust dan pulau terdekatnya jika kedatangan musuh.

Sisa - sisa bangunan menara masih dapat dilihat jelas di pulau Kelor ini, walaupun pernah mengalami keruntuhan sewaktu Gunung Krakatau meletus hebat pada tahun 1883. Bentuk bangunan yang bulat melingkar dengan tinggi sekitar 5 meter lebih. Banyak lubang atau celah yang lebar sebesar jendela didalam bangunan yang digunakan untuk menahan musuh dengan senapan atau meriam yang dipasang disana dari segala arah. Namun senjata ataupun meriam sudah tidak ada lagi di menara tersebut, yang terlihat sekarang adalah puing-puing batu batanya di tepi pantai dan Menara Mortelo yang masih terlihat keasliannya.

Onrust adalah bahasa Belanda , jika dalam bahasa Inggris yakni "un rest". Jadi Pulau Onrust mempunyai arti "Pulau yang tidak pernah istirahat." Pulau Onrust ini memang menjadi tempat transit kapal-kapal yang akan menuju Batavia. Jauh sebelum Pelabuhan Tanjung Priuk dibangun Belanda. Pulau Onrust merupakan tempat galangan kapal yang datang dari atau yang menuju Eropa untuk membawa rempah-rempah ke negaranya , juga sebagai tempat penyediaan akomodasi kapal-kapal yang mendarat termasuk tempat perbaikan jika terdapat kapal yang rusak. Selain itu, Pulau Onrust merupakan front line atau garis pertahanan terdepan dari Pulau Kelor jika ada serangan musuh. Karena sebagai frontline pertahanan, dibangun juga sebuah benteng pertahanan , bentuknya seperti benteng yang dipakai pada permainan papan catur. Namun, sejak Inggris menguasai Pulau Kelor thn 1801 -1811, bangunan tersebut dihancurkan dan hanya bisa dilihat dasarnya saja yang berada tidak jauh dari laut dan menghadap ke arah Pulau Kelor.

Sempat dibangun kembali Pulau Onrust ini oleh Baron Van De Capellen sejak dihancurkan oleh Inggris namun kembali hancur karena letusan besar Gunung Krakatau dan menjadikan pulau ini tidak bernyawa sampai awal abad ke 20. Tepatnya tahun 1905 Pulau Onrust kembali dibangun dan dijadikan tempat karantina para haji yang akan berangkat ataupun kembali dari Mekkah. karena sebelumnya di pulau ini telah dibangun sebuah sanotarium TBC juga kolera oleh pemerintahan Belanda. Masih terlihat sebuah bangunan rumah yang pada waktu itu digunakan sebagai rumah dokter dan sekarang dialihfungsikan sebagai museum.

Sebanyak 35 barak penampungan karantina haji dibangun. Jalan-jalan seperti gang yang merupakan batas tiap bangunan sangat bagus dan rapi sampai saat ini. Sisa - sisa barak tersebut hanya ada dasarnya saja dan bisa dapat dilihat reruntuhannya termasuk bangunan rumah sakit tepat di depan rumah dokter. Dahulu , rumah sakit ini digunakan untuk merawat para calon haji yang sakit ataupun memeriksa kesehatan mereka setelah pulang dari Mekkah. Selain itu , ada sebuah misteri bagi mereka yang tinggal di pulau onrust ini rata-rata memiki umur yang pendek, karena masalah air bersih.

Selain tempat karantina para jemaah haji ataupun mereka yang terkena kolera ataupun TBC, Pulau Onrunt terkenal juga sebagai pulau tahanan. Sejak tahun 1931 - 1940, pulau Onrust beralihfungsi sebagai tempat pembuangan para tahanan pemberontakan kapal. Peristiwa tersebut dikenal dengan Perististiwa Kapal Tujuh yakni pemberontakan para budak yang membawa kapal para tentara belanda ini. Mayat mereka dikuburkan di pulau Onrust yang sekarang letaknya bersebelahan dengan makam yang diduga adalah makam Pimpinan gerakan DI/TII yang dieksekusi di sini.

Pada penjajahan Jepang , pulau Onrust dijadikan penjara. Ada rumah yang masih terlihat bentuk bangunannya yang digunakan sebagai penjara. Ada ruangan yang terbuka ditengah -tengahnya. Dahulu ditempat tersebut digunakan para tentara Jepang untuk mengadu para tahanan seperti adu sumo dinegaranya bahkan sampai salah satu dari mereka mati diarena tersebut. Kemudian pada waktu Indonesia Merdeka , pulau ini beralih fungsi menjadi tempat karantina penyakit menular. Tahun 1960 - 1965 , dijadikan pengasingan para gelandangan dan para pengemis. Pernah juga digunakan sebagai tempat pelatihan militer. Namun sejak tahun 1971 pulai ini terbengkalai dan terjadi pembongkaran material bangunan secara besar-besaran. Dan sampai sekarang pulau onrust ini hanya sebagian besar sisa-sisa bangunannya yang terlihat. Oleh Gubernur DKI pada waktu itu , guna menyelamatkannya maka pulau onrust ini dijadikan kawasan cagar budaya.

Pulau cipir pun tidak jauh dari pulau onrust. Terlihat dari jauh masih ada sisa dari jembatan penyebrangan yang dahulu digunakan mereka yang hendak menyebrang dari pulau Cipir ke pulau Onrust. Namun karena abrasi air laut maka sekarang tidak dapat digunakan lagi. Di pulau cipir juga terdapat reruntuhan bangunan seperti rumah sakit dan barak-barak yang digunakan untuk mereka yang akan naik haji atau yang sakit / karantina disana.

Pulau Seribu, 02 Oktober 2010
Veronica Setiawati
http://g1g1kel1nc1.blogspot.com

Thanks to : Klub Tempo Doeloe