Kraukk.com

728 x 90

Sunday, October 31, 2010

Di Puncak Jakarta

Puncak Jakarta akhirnya dapat ku taklukan! :D
Akhir Oktober 2010, sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya yang lahir di Jakarta, untuk sampai di Puncak Jakarta, mana lagi kalau bukan di Monas. Perjuangannya pun cukup melelahkan, karena harus rela mengantri berjam-jam untuk bisa masuk ke pelataran tugu monas bahkan sampai ke puncaknya.

Sudah lama saya ingin sekali mengunjungi bahkan bisa memasuki Monas. Bukan hanya di pelataran tamannya saja loh.
Rasa ingin tahu yang besar itulah yang membuat saya melangkah ke sana. Luar biasa buat saya, begitu berada di Monas ,karena pagi hari begitu saya sampai di depan loket, sudah penuh orang yang mengantri. Padahal masih pagi sekitar pukul 08.30 wib.

Mungkin juga karena hari minggu, pikir saya, jadi mereka yang datang ingin menghabiskan liburannya bersama keluarga ke tempat ini. Atau juga, mereka yang baru saja selesai berolah raga pagi, kemudian menyempatkan diri untuk berkunjung. Entahlah , mungkin juga selain hal-hal tersebut, tiket masuk yang ditawarkan sangat terjangkau, yakni Rp 2.500 ( dewasa) . Dengan tiket seharga tersebut, maka semua pengunjung termasuk saya dapat masuk ke pelataran tugu monas dan sampai cawannya atau mengunjungi museumnya.

Di halaman cawan tugu monas , banyak sekali yang bisa saya lihat dan amati. Ternyata dibalik dinding taman monas yang mengelilingi tugu tersebut, terdapat relief-relief yang menarik, dan menyerupai aslinya. Setiap dinding relief, menceritakan sejarah dari perjuangan Indonesia. Seperti, ada kisah Majapahit, Olahraga khususnya bulutangkis , jaman penjajahan VOC dan sebagainya. Selain relief , terdapat taman-taman yang menghiasi halaman dari pelataran tugu monas.

Di bagian bawah cawan ada sebuah ruangan yang sangat luas dan besar, yang berisi diorama atau gambar-gambar dalam kaca tentang cerita dari perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah. Bukan hanya gambar tetapi di setiap diorama ada keterangannya dalam bahasa Indonesia ataupun Inggris, jadi para pengunjung termasuk saya yang masih awan soal sejarah , bisa membacanya. Ruangan ini sangat dingin , karena memang ber AC ini. Oh ya, selain terdapat lima ruangan diorama yang berjejer rapi disetiap dinding, juga terdapat sebuah box informasi. Isinya adalah mengenai informasi transportasi kota Jakarta termasuk transportasi monorel dari berbagai negara lengkap dengan gambar dan ada maketnya juga loh. Keren deh.

Satu lagi, jika ingin mengetahui serba serbi dari monas atau tahun pembangunan monas bisa melihat foto-fotonya yang terpajang rapi di beberapa tiang disudut ruangan. Saya sampai termangu melihat foto-foto tersebut. Penuh pengunjung di ruangan ini dan sangat ramai, mungkin karena dingin, banyak diantara pengunjung memanfaatkannya untuk istirahat sambil tiduran. Saya tidak menyangka ternyata di dalam monas yang menjulang tinggi seperti terlihat diluar, terdapat sebuah Ruangan yang luas ini yang di sebut : "Museum Sejarah Nasional"

Tepat di atas museum ini , terdapat sebuah ruangan lagi, namanya "Ruang Kemederkaan" Jika dari tangga terowongan setelah membeli tiket masuk , menaikin tangga akan menemukan sebuah pintu masuk dengan ukiran yang sangat bagus. Di dalamnya terdapat gambar replika dari tugu Monas, kemudian saya menaiki tangga lagi dan berada pada sebuah ruangan yang agak redup. Tempat duduk bertingkat beralaskan keramik tanpa sandaran, memenuhi ruangan diatas, mengikuti bentuk dari cawan yang menjadi dasar dari tugu. Banyak juga sih para pasangan disini, hmm :D.

Saya tertarik dengan satu tiang yang besar ditengah-tengan ruangan ini. Kenapa? karena di setiap sisinya terdapat hal yang berhubungan dengan kemerdekaan negara. Ketika saya mengitarinya , di sisi pertama saya melihat proklamasi, lalu sisi berikutnya sebuah peta nusantara dari Sabang sampai Marauke berjajar pulau-pulaunya, kemudian ada lambang Garuda Pancasila. Setiap gambar atau tulisan tersebut berwarna kekuningan seperti memakai lapisan emas dan sisi terakhir adalah sebuah pintu yang dasarnya hijau tapi motif yang ada pada pintu berwarna emas juga..Hmm.. seperti lambang kejayaan.

Setelah puas memandangi itu semua, waktunya buat saya mengunjungi puncaknya. Yahh dengan tekad sebulat tenaga dan semangat membara, saya membeli tiket lagi untuk sampai ke puncak dengan harga Rp 7.500 ( dewasa ) yang loketnya di samping pintu masuk ruang kemerdekaan. Untunglah di sekitar pelataran cawan ini masih ada yang jualan air minum , jadi masih bisa melegakan tenggorokan , namun tetap saja penjualnya kucing-kucingan dengan petugas. Butuh kesabaran untuk sampai ke pintu masuk lift , karena anteriannya cukup memakan waktu hingga 1.5 jam lamanya. "Seperti mau nonton konser di senayan saja" celoteh saya dalam hati.

Menjelang pintu masuk lift seorang petugas memeriksa tiket yang sudah dibeli, ada yang salah tiket dan belum membeli padahal sudah di hampir dekat pintu lift. "Silakah beli lagi tiket untuk kepuncak diloket sebelah sana pak, karena tiket ini hanya sampai dipelataran saja." begitu ujar petugasnya. Untunglah dia bersama keluarga, jadi bisa tetap antri sementara yang lainkeluarga yang lain membeli tiket. Lift yang akan membawa pengujung ke puncak lama sekali. Selain itu liftnya pun hanya dibatasi 11 orang di dalamnya. Ketika Lift menunjukkan angka dua dan tiga bisa menghabiskan waktu 3 menit , waktu perjalanan lift sepanjang tiang menuju dan dari puncak... Harus ekstra sabar untuk menunggu pintu lift terbuka sampai ke lantai satu lagi. Karena ketika lift yang dinaiki ini , begitu sampai di angka tiga berarti dipakai untuk menurunkan/menaikan pengunjung dari atau ke puncak monas . . Pengunjung yang dari puncak, diturunkan di lantai dua / pelataran atas cawan , jadi begitu liftnya sampai di lantai satu , dikhususkan untuk pengunjung yang akan naik ke puncak dan sudah berlelah mengantri.

Sampai dipuncak, waahh suenengnya saya merasakan angin yang cukup kencang.. jadi inget kalau mendaki gunung, sudah kelelahan dalam perjalanan begitu tiba di puncak lelah tersebut akan terasa hilang begitu saja. Karena sejauh mata memandang, pesona keindahan terbentang. Sperti halnya ketika di puncak monas, disana gedung-gedung bertingkat seakan tidak ada yang tersembunyi lagi. Setiap sudut barat , timur , selatan dan utara terlihat jelas tanpa halangan. Namun sayang, hampir tidak ada ruang hijaunya untuk kota Jakarta . Sejauh mata memandang hanya gedung dan rumah penduduk yang sangat padat. Namun dua buah gunung yakni GedePangrango dan Salak terlihat jelas di sebelah selatan, menambah keindahan kota. Dan saya tidak henti-hentinya memandang semua yang terpajang jelas didepan mata. Indah dan amazing.

Puncak monas, berbentuk empat persegi panjang dan dipagari teralis besi sekelilingnya. Disediakan juga alat untuk meneropong tentunya mengganti coin yang digunakan untuk teropong tersebut dengan Rp 2.000, dan bisa menikmati keindahan gedung-gedung jakarta yang menjulang. Di setiap bagian arah mata angin, terdapat informasi berupa gambar dan tulisa , dari setiap bangunan atau gedung yang ada dihadapannya. Misalnya, stasiun gambir, Masjid Istiqal, Kathedral, Gereja Immanuel, Istana Negara, Gedung Pertamina dan sebagainya.

Menyenangkan sekali, semua terlihat kecil ketika saya melihat dari atas puncak monas. Bahkan jarak antara tempat satu ke tempat lainnya seakan dekat tidak ada batas, padahal kalau saya tempuh dengan kendaraan bisa berjam-jam terkena macet. Itulah perjalanan saya ketika dipuncak Jakarta dan saya tidak penasaran lagi :D

Monas, Jakarta, 31 Oktober 2010

Veronica Setiawati
http://g1g1kel1nc1.blogspot.com

No comments:

Post a Comment

Hi all,
thanks for reading my post and give me some comments here.. :D