Kraukk.com

728 x 90

Friday, May 14, 2010

Antara Purwakarta dan Karawang

“Bu ve, lebih baik lu kabarin temen lu dulu deh kalau mau batalin acara ke bandung.” Begitulah saran mike , salah seorang teman kantor saya. Akhirnya dengan berat hati saya membatalkan acara menghadiri pernikahan seorang teman juga dan datang ke karawang, menghadiri pernikahan salah satu rekan kantor. Titipan amplop sudah banyak dan saya harus datang.


Ternyata pada hari pelaksanaan mundur waktunya. Seharusnya sudah berangkat sejak pukul 13.00 tetapi menunggu kedatangan mike, salah seorang teman. Jadinya kami berangkat pukul 16.00 masuk dari pintu tol kebon jeruk depan RCTI ke arah tomang. Saya, asep, mike , shiro, ahmad dan andri serta pak endang yang mengendarai mobil menuju Purwakarta.


Kami memang menginap di Purwakarta. Buat saya , ini yang kedua kalinya tetapi bagi mike dan shiro ini baru pertama kalinya mereka ke purwakarta. Dari tol cipularang , keluar di pintu tol subang karena pak endang akan menuju subang- rumahnya. Setelah melewati pasar rebo, posisi supir digantikan oleh Ahmad Saiful. Sampai di kota purwakarta sudah pukul 18.30.


“kita jangan ke alun-alun , karena sekarang sudah ditutup dan dijadikan taman jd tidak bisa lagi dipakai untuk nongkrong ( istilah untuk kumpul-kumpul anak muda )” kata Asep. Alternatif lain yang disarankan adalah kumpul disebuah setu yang ada di pusat kota purwakarta namun setelah saya lihat tempatnya seperti kolam buatan yang ada di menteng Jakarta. Lebih baik ke danau cirata saja.Akhirnya kesepakatan dipilihlah sebuah danau namanya danau cirata, yang menurut Ahmad bukanya 24 jam dan bisa bakar ikan. Nah mendengar kata bakar ikan , langsung saja kami setujui tanpa tahu persis tempatnya seperti apa.


Sampai di suatu tempat yang namanya cijantung yang memiliki jalan masuk yang cukup satu mobil, serta jalannya yang tanah dan tidak rata. Tibalah kami di rumah salah seorang sepupunya Asep. Rumah yang di halamannya ada kolam ikan dengan kedalaman satu meter. SIlaturahmi dengan keluarganya kemudian mandi pukul 21.00 kami berangkat menuju danau cirata. Karena mau jalan-jalan, peserta jadi nambah. Andri mengajak istrinya dan di tambah Dani. Jadi ada 8 orang Asep, ahmad, andri dan istri, Dani , mike dan shiro satu laginya saya.


Kami mengambil arah ke kiri ke arah yang menuju pasar klered. Sebelum sampai pasar , kami mampir ke sebuah supermarket, belanja makanan dan minuman dan saya menunggu di dalam mobil. Malam itu bulan purnama terang sekali sinarnya namun sedikit tertutup awan. Maklumlah sepanjang jalan belum semua diterangi penerang jalan, jadi cahaya bulan purnama sangat jelas terlihat. Sampai di ujung jalan plered berbelok ke kiri dan melewati persawahan dan tak lama sampailah di pintu gerbang danau cirata yang ternyata adalah sebuah bendungan PLTA cirata. Dari pintu gerbang menuju waduk jalannya saja sudah berliku-liku dan penerangannya sangat kurang. Banyak warung-warung yang terbuat dari anyaman bambu di pinggir jalan. Terlihat juga beberapa motor yang menepi dari beberapa pasangan, mmm oh ya malam mingguan , saya lupa makanya pada mojok di tempat ini.


Dari kaca sebelah kiri saya melihat bukit-bukit disebrang sana. “kalau kita datangnya agak siang neh , bisa lihat pemandangan disini bagus banget.” Kata Asep bersemangat setelah saya mencoba buka percakapan mengenai bukit disebrang sana. Sekitar satu jam perjalanan dari tempat kami menginap menuju waduknya. Ada beberapa truck melewati jalan ini. Kami berhenti di sebuah jembatan. Sebelah kiri jembatan adalah air bendungan dan disebelah kanan adalah jurang tetapi ada tangga yang sangat panjang jika ingin turun.


Bendungan cirata luas sekali dan dipakai sebagai jalan alternatip menuju cianjur,bandung , padalarang dan purwakarta. Jembatan memang bukan tempat parkir sehingga sebuah mobil petugas menegor kami untuk parkir dekat pos diujung jembatan. Sementara teman-teman yang lain parkir kendaraan ,saya dan shiro mendekati sebuah monument yang awalnya saya tidak tau kalau monument itu dipersembahkan buat para korban yang meninggal selama pembuatan bendungan PLTA cirata. Setelah poto baru sadar. Kami tidak sendirian disana, ada juga kumpulan anak motor sedang berkumpul disana.


Dari petunjuk Asep kami mendapatkan tempat makan yang enak. Letaknya tidak jauh dari bendungan dan melewati jembatan. Tempat makannya adalah sebuah warung bale-bale yang terbuat dari anyaman bambu dan tiang kayu. Sebelumnya dialasi dulu dengan tikar. Kami memesan makanan nasi liwet dan ikan bakar. Makanan khas yang disediakan setiap warung yang ada di sini. Tempat kami duduk menghadap ke danau. Di kejauhan cahaya mercusuar terlihat indah. “dulunya waduk ini adalah tempat pembuangan mayat, makanya disebut Buangan.” Cerita Andri seakan mengerti jalan pikiran saya begitu saya duduk menghadap danau.


Mendengar kata pembuangan mayat , saya agak ngeri, apalagi setelah tahu juga monument itu dipersembahkan untuk mereka yang meninggal , saya semakin takut. Apalagi tempat dimana kami makan tidak ramai ya pantas saja sampai tengah malam kami di sini. Dijelaskan juga bahwa bendungan ini dibuat oleh orang prancis dan ada juga jasa sewa perahun untuk mengitari danau ini jika sore hari seharga Rp 5.000. Menurut andri juga, waduk ini selalu ramai dikunjungi tiap sore oleh warga purwakarta.


Setelah menunggu lama, akhirnya nasi liwet dan beberapa ekor ikan bakar datang juga. Waah harum sekali baunya. Nasi yang masih panas mengebul ada di dalam dandang ceret , di letakkan pada sebuah tampah dilapisi bungkus nasi yang warna coklat. “seharusnya dialasi daun pisang neh kalau mau lebih nikmat.” Celoteh Ahmad yang menuangkan nasi. Lalu ada 8 gelas dan tempat minumnya. Ada sambel dan lalapan sebagai pelengkap makanan yang sudah menggiurkan kami semua. Disantap panas-panas whuaaa seru banget apalagi ditambah sambel emm… berasa banget dilidah. Saya, mike dan shiro dalam satu tempat kami berebutan ikan dan nasi. Sayang istrinya Andri tidak dapat bergabung karena alergi ikan. Saya kekenyangan sampai tidak sanggup berdiri. Pukul 00.00 kami meninggalkan tempat ini. ngantuk dan besok pagi harus ke kerawang.


Pukul 7 pagi setelah mandi , saya, shiro dan mike diajak oleh pemilik rumah dan anaknya ke empang yang ada dibelakang. Kolam ikan yang sepetak dan airnya berwarna coklat muda ternyata merupakan tempat pemancingan. Selama mike memancing, saya berjalan ke pematang sawah. Entah karena apa mereka yang disawah berhenti sejenak dan memandangi saya dan shiro. Mungkin karena pakaian kami yang rapi rasanya tidak pantas berada disawah yang kotor , hehe tapi buat kami tempatnya ini bagus sekali. Waktu kami kembali ke tempat pemancingan sudah ada Asep. Mike sepertinya sudah asik dengan mancingnya karena dia berhasil menangkap beberapa ekor. Tapi acara mancing ini hanya sebentar, karena pukul 08.30 kami segera meninggalkan rumah tempat kami menginap dan menuju karawang. Dan lagi tidak ada yang tahu lokasi dari tempatnya Arief dan Kiki menikah.. duuhhh masalah lagi…


Setelah pamitan dengan keluarga pak Agus, dimana rumahnya kami pakai menginap. Meluncurlah kendaraan kami menuju karawang. ISi bensi lalu menuju pintu tol jatiluhur yang ke arah Jakarta. Pagi itu cerah sekali dan jalan tol cipularang ramai lancar. Kami keluar di pintu tol karawang barat dengan harga tiket Rp 12.000.- ikuti sepanjang jalan menuju kota karawang yang dijuluki sebagai kota padi. Kemudian melewati rel kereta dan terminal tanjung pura lalu masuk ke arah rengasdengklok. Mengikuti sepanjang jalan Proklamasi. Tanya pedagang asongan dan orang sekitar lalu di setiap ujung gang yang ada janur kuninghnya kami perhatikan nama-namanya,mungkin itu nama yang kami tuju.


Ketika melewati rumah sakit proklamasi dan sebuah pasar, mata saya melihat sebuah nama “Arief dan Kiki” pada sebuah janur. Langsung mobil putar balik dan masuk gang tersebut. Pukul 11 siang kami sampai di rumah sang mempelai namun acara akad nikah sudah selesai dan akan dilanjutkan resepsi. Sambil menunggu pengantin masuk ruang resepsi , saya, mike , shiro dan asep menikmati hidangan yang sudah disediakan diiringi musik organ tunggal. Begitu pengantin masuk, sudah banyak yang menanti untuk berpoto bersama. Kami pun tak ketinggalan segera pasang gaya disetiap jepretan camera. Hanya sebentar sih , pukul 12 siang kami pamitan pulang kembali ke Jakarta.


Asep menolak untuk mampir ke laut karena cuaca sangat panas. Ya sudah , kayaknya kondisi badan sudah mulai melemah dan ngantuk juga , kami hanya mampir dipinggir jalan memesan es rumput laut dan sari buah. Enak loh seger bener. Rasanya seperti es campur tetapi ada rumput lautnya. Harganya murah hanya Rp 4.000 per mangkok. Letaknya di pinggir jalan dekat sawah-sawah di jalan proklamasi-rengasdengklok.


Dari karawang ambil jalur kearah cikarang lalu bekasi dan ke Jakarta melalui jalan tol. Hanya suara Asep yang saya dengar sampai akhirnya benar-benar terbangun setelah sampai di taman anggrek tomang Jakarta. Sampailah di mess pukul 2 siang. Sampai rumah pukul setengah 3 sore , tidur sebentar lalu ikut misa yang pkl 18.30 karena ada tugas digereja.. walaupun pegel dan masih ngantuk harus tetap semangat.

Jkt-pwkt-krwng, 1-2 mei 2010

veronica setiawati

http://g1g1kel1nc1.blogspot.com

No comments:

Post a Comment

Hi all,
thanks for reading my post and give me some comments here.. :D