Kraukk.com

728 x 90

Monday, May 25, 2009

Akhirnya beliau pergi………… ( my lovely dad )

Song : Pulang ke hatimu-Shera (ost 9naga)
Telah letih langkahku dan terasa berat
Cukup banyak kesalahan ku buat
Dimimpiku kudengar bunyi suaramu yang memanggilku pulang ke dalam hatimu
Karena hanyalah hatimu rumah terindah
Ku kan pulang tunggu aku di depan pintumu
Cintamu padaku tuntun jalanku
Telah letih jalanku dan terasa berat ku kan pulang ke hatimu rumah terindah…
Ku pulang ke hatimu rumah terindah…

Album Foto :
http://g1g1kel1nc1.multiply.com/photos/album/34/My_Father_in_memoriam..._Rest_In_Peace

Kampung halaman bapak , di timor adalah hal yang mustahil untuk saya kunjungi. Sedari kecil saya hanya tau kampung halaman mama di Kediri jawa timur sana. Tetapi berita dari timor memaksa saya dan adek saya , luan, terbang ke sana. Dengan memakai Batavia air yang waktu itu Oktober 2004 masih sekitar 700 rb per orang ke kupang. Berangkatlah saya ke Bandara Eltari dengan transit sebelumnya di Surabaya.

Selama bapak, mama dan adek saya , maria, berada di pulau komodo tersebut, saya tidak pernah mendapat kabar apapun. Sepertinya telekomunikasi sulit sekali terjangkau disana. Terakhir dapat kabar dari maria kalau mereka sudah sampai di kupang dan sedang menginap di hotel sasando. Sudah itu hilang lenyap tidak ada kabar. Saya kan jadi gelisah pengen tau kabarnya dan ceritanya bagaimana. Tiba-tiba saya dapat kabar dari rumah sakit halilulik bapak saya masuk rumah sakit. Ya ampun Tuhan… koq bisa … saya sedih sekali mana mau hubungi ke sana susahnya minta ampun, harus nunggu mama atau maria telp ke rumah kasih kabar selanjutnya lewat telp rumah sakit yang menggunakan satelit.

Shubuh terima kabar lagi. Bapak koma. Dan mama meminta saya membawa jas yang dipakai sewaktu saya wisuda lengkap beserta dasi dan celana panjangnya. Waduuh , saya jadi curiga ada yang ngga beres neh. Trus mama mau bicara dengan kakak alo. Saudara dari bapak yang menginap di rumah bersama istrinya selama mereka pergi ke timor. Saya menurut aja, mama bilang bapak baik-baik aja begitu juga maria, tetapi hati saya menangkap yang lain perasaan tidak enak dan apalagi melihat kakak alo menangis di telp. Dan bicara pakai bahasa teun yang tidak saya mengerti. Ada apa pikir saya? Bapak kenapa?

Selama perjalanan entah kenapa mata saya menangis. Baju ganti bawa seadanya. Ijin lewat kantor mau ke timor karena orangtua sakit parah. Bersama Luan dibandara seperti dua orang anak hilang. Karena kami belum pernah melakukan perjalanan yang jauh naik pesawat pula. Was-was siapa yang akan menjemput kami di tempat yang belum kami kenal sama sekali. Tetapi kakak alo udah hubungi kerabat keluarganya disana untuk menjemput kami dibandara eltari , sekali lagi kami hanya jalani aja perjalanan ini karena kamipun juga tidak kenal dengan orang yang akan menjemput kami…

Sampai di kupang pkl 7 malam wit. Dari luar sudah ada orang yang melambai-lambaikan tangannya. Berteriak nama saya hehe.. setelah urusan tas selesai saya dan luan menghampiri orang itu dan benar ternyata dialah yang menjemput saya, namanya pak Timo bersama anaknya laki-laki. Setelah menghubungi rumah memberitahukan kakak alo bahwa kami sudah sampai , perjalanan malam itu dilanjutkan ke terminal bis Oebobo. Tetapi perjalanan ke terminal dari bandara itu naik mobil tentara hehehe…maklum deh penjemput kami itu seorang tentara hehehe…

Bis yang akan kami naiki yang pertama menuju atambua sudah jalan, dan menanti selanjutnya tetapi masih menunggu penumpang yang lain dari pelabuhan katanya. Dan itu jam 11 malam baru berangkat. Sambil menunggu , saya dan adek saya mencari makanan. Satu persatu, penumpang dari pelabuhan datang dengan barang-barangnya besar. Entah dari mana mereka saya tidak tau. Akhirnya perjalanan dimulai. Jalannya menanjak, kuat ya neh bus melewati jalan yang menanjak hehehe…

Sepanjang perjalanan melihat suasana timor menyenangkan banget. Gak nyangka bisa juga sampai di kampung halaman bapak. Turun disitu saya pikir sudah sampai. Pagi hari sampailah di halilulik. Ternyata masih naik ojeg lagi kedalam ke perikanan kalau menuju ke rumah pakde atau bapak besar atau Ama Bot dalam bahasa timornya. Ternyata kami dibawa ke rumah sakit halilulik. Sebuah komplek gereja juga ada rumah sakit kecil dan biara. Turun dari ojeg saya langsung berlari ke tiap kamar mencari bapak saya. Berharap saya masih bertemu dengan beliau atau keluarga saya. Tetapi hanya suster yang keluar dan dia tidak berani menatap saya begitu saya tanya dimana bapak saya, apalagi begitu tau saya dan adek saya jauh-jauh dari Jakarta . Suster itu hanya menjawab sudah dibawa pulang. Saya pikir itu adalah jawaban sembuh untuk bapak saya. Trus saya tanya keadaannya bagaimana? Suster itu hanya menjawab , bisa dilihat nanti di rumah. Bener-bener mencurigakan , aneh..

Kemudian, dari rumah sakit halilulik kami berjalan lagi. Bertemu dengan kak Dora istri alm. Kak Yakob yang dulu pernah ke Jakarta. Seneng aja bisa ketemuan lagi bersama keluarganya. Kemudian ketika akan naik ojeg untuk kerumah pakde, ada keluarga dari pak camat yang memanggil dan meminta kami singgah. Saya kesel , bertele-tele banget sih , gak tau apa saya datang jauh-jauh mau ketemu bapak. Saya pingin ketemu bapak bukan singgah gak jelas macam beginian. Saya gak tahan saya beranikan diri aja untuk bicara dan akhirnya mereka pun bersedia mengantar saya pakai mobilnya ke rumah pakde.

Hati saya seneng akan bertemu bapak dan banyak yang akan saya ceritakan nanti kalau ketemu. Begitu mobil berhenti didepan perikanan rumah pakde, banyak orang berkumpul disana. Aaah.. saya pikir karena saya mau datang jadi rame hehe... Saya lihat maria berlari kea rah saya dan memeluk saya sambil menangis. Looh ada apa neh.. trus mama juga, saya masih berpikiran beginilah kalau orang kangen hehe.. dan saya masih senyum – senyum aja. Palagi mama bilang, lihat bapak didalam. Tapi saya merasa aneh, biasanya kalau saya datang , bapak pasti berdiri di depan pintu tungguin saya. Tetapi ini gak keluar dan saya berpikir beliau menunggu saya didalam bikin kejutan kedatangan saya. Karena beliau selalu begitu. Saya berlari masuk ke dalam dan ternyata yang saya lihat adalah peti mati lalu di dalamnya ?? bapak ?? koq bisa? Saya tidak bisa bicara , diam sampai semua orang datang mengelilingi saya.

Saya sudah tidak melihat siapa-siapa saudara, mereka memandangi saya lekat-lekat. Mungkin heran kenapa saya tidak menangis. Atau mereka kangen karena selama ini hanya bicara lewat sebuah tulisan yang sangat panjang seperti kertas Koran. Disitu saya baru tau satu persatu wajah-wajah saudara bapak saya. Mereka saudara tiri dan hanya dari bapak sajalah yang mempunyai keturunan. Adek tiri bapak yang perempuan tidak menikah, kakak tirinya menikah tapi tidak memiliki anak. Tidak lama mulai berdatangan satu persatu orang yang entah dari mana. Menangisi bapak saya, bersenandung kemudian mememegang petinya entah berdoa atau bicara apa, sambil kunyah sirih.

Ketika sore, ada rombongan perempuan entah dari mana, mungkin dari sekolahan. Mereka membawa bunga yang terbuat dari kertas kemudian ada tulisan puisi untuk bapak , “kenapa bapak tinggalkan saya? “ Aduuuhhh… baca itu saya langsung menangis. Berdoa bersama mereka sambil menangis gak berhenti, untung aja disertai hujan lebat jadi suaraku tidak kedengaran. Saya merasa sedih. Di timor mungkin saya belum merasakannya , tetapi ketika saya tiba dijakarta saya pasti merasa kosong. Malamnya saya tidak bisa tidur dengan nyenyak. Banyak orang bergadang di rumah pakde. Dan saya hanya duduk terdiam di depan peti. Hanya diam…

Besok pagi, saya didandani dengan kain timor, maria dan luan juga. Ternyata ada misa requem, atau misa untuk melepas jenasah. Aku tidak bisa mengikuti dengan khusuk, entah kenapa aku sangat tidak tertarik dengan semua hal ini. Selesai misa, mereka semua mempersiapkan penguburannya di desa kelahiran bapak dan musti naik ke atas gunung. Dengan naik truk untuk membawa peti jenasah , saya mengikuti sampai ke atas ke desa bekatoruik. Cantik desanya dan alamnya. Masih asri dan belum ada penerangan. Rumahnyapun masih alami dan memang ada beberapa yang sudah di tembok. Tapi di rumah tante vic, adek tirinya bapak semuanya masih alami. Tante ini sangat mirip mukanya dengan luan hehe.. mungkin orang menyangka luan ini adalah anaknya tante hehe…

Disana, orang sudah penuh. Tenda juga sudah terpasang. Dihalaman rumah digelar tiker untuk orang-orang disana yang datang. Perempuan-perempuan tua menangisi peti jenasah bapak yang sudah tertutup. Serasa bapak itu sudah jadi milik mereka. Mereka menangisi sepuasnya sambil bersenandung. Beberapa orang sibuk mencari perhelatan untuk acara pelepasan sebelum penguburan. Riwayat hidup bapak disiapakan untuk dibacakan. Sekali lagi, sangat bertele-tele dan terlalu banyak omongan. Heran mereka terlalu banyak bicara padahal hari sudah semakin sore. Akhirnya acaranya dimulai juga pkl 3 sore. Dibacakan semua riwayat bapak oleh salah seorang guru disana. Kami sekeluarga (mama. Saya. Maria dan luan) ditemani oleh istrinya pakde berjejer di depan peti jenasah.

Entah berapa orang membawa peti jenasah bapak sampai ke tempat pemakaman. Jalannya berbatu. Menurut cerita, letak makam bapak itu persis ditempat bapak berdiri sewaktu nyekar ke makam ibunya. Ibadat singkat di tempat makam. Saya tidak bisa bicara sedikitpun, ada rasa marah didalam hati. Saya benci dengan semua ini. Rasanya saya tidak bisa terima melihat peti diturunkan. Entah kenapa saya merasa sangat kehilangan. Saya tidak menyangka kalau perjalanan jauh saya hanya membawa saya untuk kehilangan seorang ayah yang tidak bisa saya lihat lagi selamanya!!

Saya hanya semalam dirumah tante. Tidak ada lampu kecuali pakai lampu petromax. Disini juga sulit air, kalau mau mandi jauh jalannya. Ada kamar mandi, tetapi kalau air tidak ada bagaimana. Pikiran saya ingin pulang ke Jakarta. Berunding dengan mama dan adek-adek untuk pulang kejakarta. Akhirnya maria memutuskan yang membelikan tiket pulang naik pesawat dan mereka pulang naik kapal laut. Besoknya kami sekeluarga masih mengunjungi betun. Sebab ada penutupan bulan maria di gua maria betun. Betun perbatasan antara timor leste dan Indonesia. Tidak jauh dari gua maria ada pasukan biru-biru menjaga perbatasan. Sepanjang perjalanan ke betun, saya juga melihat rumah-rumah yang digunakan para pengungsi timor-timur sewaktu referendum. Kasian ngeliatnya. Cukup jauh perjalanan ke betun. Pengunjung misa penutupan ini juga sangat banyak. Gua marianya besar dengan patung bunda maria yang tinggi putih. Tarian timor membuka misa penutupan bulan oktober dengan meriah. Selesai acara untunglah kami mendapat mobil angkot karena biasanya mereka yang dari betun belum tentu akan mendapatkan kendaraan , bisa-bisa menginap disana. Huh untung aja kalau tidak tiket pesawat saya bisa hangus hehe.. thanks God.

Esok malam, setelah berdoa bersama saya berangkat menuju kota kupang ditemani anaknya pak camat dan maria juga ponakannya pakde, naik mobil jemputan tentara. Di kefa kami berhenti. Disitu sinyal masuk. Selama di tempat pakde dan diatas gunung tidak ada sama sekali sinyal. Dari situ ada sms dan telp dari orang-orang kantor dan temen-temen tanya kabar. Saya cerita kepada mereka hal yang sebenarnya terjadi dan minta maaf karena tidak bisa mengabari terutama yang dari kantor. Setelah itu perjalanan lanjut menuju rumah salah satu keluarga pak camat di kupang. Menginap sampai besok pagi untuk melanjutkan perjalanan ke bandara.

Berangkat kalau gak salah jam 8 pagi naik Bouraq transit Surabaya. Saya pamitan dengan maria dan mereka yang mengantar saya. Bercampur aduk saya meninggalkan bandara menuju Jakarta. Heran, kenapa hanya selang beberapa bulan kematian beruntun memasuki keluarga kami. Di mulai dari bulan februari kematian mbah kung – bapak dari mama, kemudian bulan oktober bapak meyusul.

Inilah perjalanan kesedihan , pertama kali datang ke tempat yang jauh dan tidak terpikirkan sebelumnya oleh saya. Tetapi itu terjadi kepada saya… praise the lord

To my lovely father
5 April 1945 - 27 oktober 2004

Thursday, May 07, 2009

Perjalanan Ziarek Gua Maria Ambarawa dan ke Gn. Lawu

Pada tahun 2004 , saya berkenalan dengan seorang teman dari milis SK ( single katolik ) . Ia bernama Agus dan berjenis laki-laki tentunya hehe… Karena sering bicara dan beremail ria tanpa bertemu muka sebelumnya, kemudia dia mengajak saya untuk ikut serta di acaranya Kaum Mudanya Yohanes Penginjil Blok B JakSel. Acaranya ziarek ke gua maria kerep ambarawa dan mendaki gunung lawu atau jalan-jalan disekitar ambarawa. Tapi si Agus ini ngajaknya pendakian ke lawu.

Begitu ajakan saya ajukan ke bapak , yang waktu itu masih hidup, beliau langsung mengatakan “TIDAK” untuk acara pendakian. Padahal udah bayar dan waktunya sebentar lagi. Hari jum’at malam berangkatnya dari halaman aula gereja blok b. Aduuh binun. Cari akal supaya diizinkan, saya bilang aja ikut jalan-jalan hehe… padahal isi tas dah siap untuk ke lawu sesuai petunjuk brifing pada hari minggunya di aula plus registrasi dan tentunya kopdar dengan yang namanya Agus.

Hari keberangkatan tiba, saya telah berkumpul di aula gereja dan bertemu dengan teman-teman peserta yang lainnya. Ketemu dengan mba Ismi untuk registrasi ulang pendaftaran serta diberikan slayer untuk peserta yang ikut pendakian lawu. Dan sudah ditentukan juga saya, agus , ira dan angga naik di bis yang ke-dua. Waktu sudah pukul delapan malam. Kami belum berangkat juga dari aula, ternyata teman-teman panitia menunggu teman-teman dari pasar minggu yang masih di perjalanan. Setengah jam kemudian mereka datang , empat orang laki-laki turun dari taksi membawa perlengkapannya masing-masing dengan tas mereka yang besar-besar kemudian mendaftar ulang ke panitia acara. Ternyata mereka satu bis dengan saya.


Setelah berdoa bersama, berangkatlah kami dari aula gereja blok b menuju tujuan kami Gua Maria Ambarawa. Saya duduk bersama Ira dan didepan saya Agus serta Angga. Di tengah perjalanan ada sebuah permainan dari panitia. Masing-masing peserta dibagikan kertas , ada 5 kertas dan wajib diisikan data dirinya. Peserta yang ditunjuk memperkenalkan diri selanjutnya juga menunjuk siapa saja peserta lainnya yang belum memperkenalkan diri untuk maju, jangan lupa tukeran kertas yang telah diisikan data diri dengan orang yang ditunjuknya. Demikian selanjutnya. Seru juga cara perkenalannya hehe…

Subuh , kami tiba dirumah makan. Tempatnya di tepi jalan raya yang tidak terlalu ramai kendaraan dan banyak persawahan di sekitarnya. Kenyang dengan makanan perjalanan kami lanjutkan kembali. Sampailah di pelataran gua maria ambarawa. Segala persiapan jalan salib digelar. Tetapi ditengah perjalanan itu hujan turun tiba-tiba. Berhentilah acaranya dan kami berlarian mencari tempat berteduh. Sewaktu saya berada disana, tempat ini sedang direnovasi. Karena hujan sepertinya tidak kunjung berhenti , acara dialihkan berdoa Rosario bersama disebuah aula di sekitar gua maria. Udara dingin dan badan basah kuyup , membuat saya keram kaki. Berkali-kali saya oleskan balsam untuk kaki saya yang keram agar saya bisa berjalan . Sedikit memaksa saya berjalan pakir bus untuk melanjutkan perjalanan kembali menuju tempat penginapan di sebuah biara. Bus ac membuat saya menggigil. Aduuh sakit neh pikirku.


Menjelang malam , kami tiba dipenginapan. Kami turun dari bus dan menuju kamar masing-masing yang sudah diberi nama pada daun pintunya. Bagi peserta yang ikut pendakian membereskan perlengkapannya karena setelah makan malam , pendakian ke lawu dimulai. Mandi, beres-beres , juga ganti baju saya lakukan. Kemudian bersama ira menuju ruang besar untuk santap malam bersama-sama peserta yang lain. Disitu, kami dibagi kelompok pendakian. Saya dikelompok 3 bersama Agus dan 2 orang temannya , namanya Ira dan Angga , ternyata mereka berdua adek kakak dan punya pengalaman mendaki gunung. Duuhh mengecil dah nyaliku, mikir apa bisa ya nanti , mana belum punya pengalaman apa-apa.. Bener-bener merasa minder deh.

Kemudian kami berkumpul dihalaman biara dan satu persatu kelompok naik mobil kap yang sudah disediakan panitia pendakian menuju cemoro kandang awal pendakian ke lawu. Tanah masih basah dan udara dingin malam itu. Berkumpul di warung dekat pintu gerbang. Membiarkan kelompok yang lain melanjutkan perjalanannya. Tibalah kelompok kami entah ada berapa orang tetapi sepertinya banyak. Atau mungkin karena ada teman di kelompok 3 ini seperti contohnya teman-teman dari pasar minggu ini.

Sepanjang perjalanan saya beberapa kali berhenti, karena tidak kuat. Apalagi jalan yang harus dilewati batunya besar-besar, duuh pengen copot rasanya neh dengkul. Tapi untunglah ius membantu saya selama perjalanan hehe… dan kemudian tas saya masuk ke dalam tas kerilnya bowo , tambah enak sih.. tapi tetap aja cape.. Pas di pos berapa saya lupa, kaki saya keram hehehe.. lagi-lagi teman-teman saya ini yang bantu ngurut. Gila deh ngerepotin banget. Akhirnya saya cerita mungkin ini kualat kali ya bohong sama bokap katanya gak naik gunung hehe… tetapi menyenangkan sekali bergabung dengan mereka.

Ketika kami istirahat di satu tempat yang datar. Saya, Ira, Angga , Agus , bowo, ius , andri dan wid serta dua orang peserta dari kelompok lain yang saya lupa namanya bergabung bersama dan merebus mie. Udaranya dingin banget. Mie yang udah direbus cepet banget jadi dinginnya. Tapi langitnya penuh dengan bintang. Bannyyyaaakk banget bintangnya dan ada bintang jatuhnya.. keren… Hebat Tuhan itu baru kali ini lihat langit malam penuh bintang , penuh tiada tersisa tempat hehe..

Setelah makan perjalanan dilanjutkan lagi. Tetapi Agus tidak ikut, karena dia merasa tidak kuat lagi berjalan. Menurut ira mungkin asmanya kambuh. Waduuuhh … gimana neh. Setelah berunding akhirnya dia ditemani ma Angga padahal dia maunya ditemenin saya, tapi saya sendiri masih ingin meneruskan perjalanan. Akhirnya mereka berdua menunggu di tempat itu sampai ada panitia datang menjemput mereka peserta yang tidak bisa lagi melanjutkan perjalanan. Yah sesuai dengan petunjuk sebelum pendakian dimulai.

Semakin naik , semakin saya sesak napas. Beberapa kali saya merasa kehabisan napas dan batuk. Saya sepertinya sudah tidak sanggup meneruskan perjalanan. Walaupun bowo meminjamkan jaketnya kepada saya tetapi rasanya badan saya udah lemes dan gak sanggup meneruskan perjalanan meskipun dia berusaha menyemangati.

Hehehehe.. tau gak perbekalan mereka terbawa dengan Andri dan ius yang sudah meluncur duluan. Mau bikin makanan jadi tidak bisa , hanya bisa bakar kompor hehehe… Akhirnya kami memutuskan untuk turun gunung. Sampai di tempat kami membuat mie , kami bertemu teman-teman yang sudah mulai turun gunung. Dan juga Andri dan Ius. Langsung deh buka peralatan masak dan membuat makanan.

Oh ya waktu turun gunung menuju pos awal setalah kami selesai dengan acara makan , saya merasa melihat area parkir sudah dekat . Astaga , padahal masih sangat jauuuh. Mungkin saya sudah benar lelah jadi pikiran saya jadi kacau begini. Di pos akhir , saya menukarkan sepatu yang saya pakai dengan sandal jepit. Itu juga dibeliin sama bowo atau wid *thanks to them.

Saya berjalan santai melewati jalan setapak bersama teman-teman. Di depan pintu gerbang ada dua orang peserta diperiksa oleh petugas disana. Mungkin tidak menemukan apa yang dicari, mereka dilepaskan. Di warung saya mulai bisa melepaskan lelah. Di sana sudah ada Agus dan Angga yang sudah menunggu bersama teman-teman yang lain. Tidak lama kemudian datanglah sebuah truk. Ternyata itu untuk membawa peserta kembali kepenginapan. Tetapi saya , ira dan empat orang teman pasar minggu ini naik mobil kap.

Sampai di penginapan kami segera mandi dan berganti pakaian. Badan jadi lemes setelah dari lawu. Duduk –duduk bersama beberapa teman yang juga baru sampai dari acara jalan-jalan. Rencana mau jalan-jalan disekitar penginapan mencari makanan, ternyata cukup jauh. Menunggulah kami untuk jam makan malam setelah misa. Misa dimulai pukul 6 sore. Teman-teman sudah menunggu di aula untuk persiapan misa. Dan saya hanya melihat ius. Tiga orang temannya tidak ikut karena istirahat. Duduk lesehan , ngantuk dan jahil bercanda dengan ius sampai misa selesai dan dilanjutkan makan malam.

Ada acara lagi yang diadakan panitia setelah makan malam, tetapi saya sudah mengantuk dan lelah sekali badan saya. Dengan berat hati saya memutuskan untuk istirahat di kamar. Karena besok paginya kami akan berangkat pulang ke Jakarta. Setelah makan pagi , kami bersiap dan melakukan poto bersama. Setelah itu kami bergerak menuju ibukota Jakarta. Sesampainya dijakarta tengah malam kumpul kembali di aula gereja blok b. Dan langsung telp bapak yang dulu kerja di hotel melawai minta dijemput di ujung jalan melawai hehehe…. Pulang deh dengan selamat naik taxi silver dibayarin bokap hahaha…

Uuhh pengalaman pertama yang aneh buat saya yang belum pernah naik gunung dan membohongi orangtua hehe.. tapi thank s banget bisa punya pengalaman naik lawu dan bertemu , berkenalan dengan mereka.

ZIAREK AMBARAWA DAN GUNUNG LAWU
BERSAMA KAUM MUDA ST. YOH. PENGINJIL BLOK B JAKSEL
30 APRIL – 3 MEI 2004
=VERO=

Tuesday, May 05, 2009

Menuju kuningan jawa barat

(hari II)
Tujuan : Gereja Cigugur, Waduk Darma, Paseban dan Cirebon

Minggu Pagi buta 01 JUni 08 ,pukul setengah lima saya bangun dan segera mandi. Siang dikit sudah penuh orang yang mengantri untuk mandi. Setelah itu saya jalan-jalan pagi sendirian melihat – lihat daerah sekitar tempat kami menginap . Ternyata sudah banyak orang yang lari-lari pagi. Berjalan ke arah sebelah kiri penginapan menuju sebuah pertigaan jalan, ada yang unik , ada sebuah bangunan cagar budaya namanya Paseban Tripanca Tunggal. Seperti orang aneh saya duduk di depannya.

Tidak lama saya mendengar bunyi lonceng, saya pikir saya salah dengar ehh ternyata benar. Saya ikuti sumber suara tersebut sampaiah di gereja kristus raja cigugur. Oohh pemberitahuan mau ada misa pagi tooh yang jam 6 . Saya ikuti aja misa paginya hehe,, pakai bahasa sunda saya tidak mengerti. Umat yang datangpun kebanyakan nenek./kakek memakai kebaya dan berpakaian sangat sopan sperti orang mau kondangan.

Saya aja salah kostum banget diantara mereka dan jadi perhatian dah pasti ditebak dari jakarta hehe… *kasih contoh yang gak bener ya..* Oh ya mereka sangat sopan dan taat.Mau loh jalan kaki jauh-jauh dari tempat tinggal mereka untuk ibadah pagi. Bener-bener pemandangan yang mungkin jarang saya lihat di Jakarta.

Selesai misa saya lari ke penginapan karena tadi saya pergi gak pamit sama mama. Dan bener di jalan ketemu dengan ibu-ibu lingkungan yang mau ikuti misa kedua yang jam 7.30,

mereka berteriak
“vero.. dicari mamanya tuh. Gak bawa hp ya? Di telp gak nyambung.”
Saya bilang “ ikut misa tadi tante. Baru selesai neh.
Maaf hpnya batreynya habis gak bawa charge.”
Sambil cengar cengir ala diriku.

“Makanya bilang dulu ke mama kalau mau pergi , dah sana temui mamamu dulu.”


Selesai bicara , langsung ngacir ke tempat penginapan yang gak terlalu jauh dan lihat mama sedang sarapan pagi bersama siska temen saya. Langsung tanpa ditanya duduk didepannya dan bicara tadi abis kemana aja biar gak diomelin hehe… setelah itu ambil makan pagi isi perut yang kosong.

Selesai sarapan saya, mama , siska dan beberapa peserta yang tidak ke gereja berjalan-jalan di sekitar tempat kami menginap. Dan tentunya ke paseban itu lagi , saya penasaran dengan isi di dalam paseban tetapi waktunya gak mencukupi untuk saya melihat-lihat ke dalam karena kami harus kembali menunggu peserta lain pulang misa untuk melanjutkan perjalanan lagi menuju waduk darma. Dan rencana ke air terjun dibatalkan.

Pukul 11.00 kami bergerak menuju waduk darma. Setengah jam kemudian kami sampai di waduk darma. Luas sekali waduk ini dan letaknya di pinggir jalan raya. Biaya masuk perorang sekitar 5.000 rupiah. Diarea waduk darma ini kami mengadakan beberapa games untuk bapak-bapak, ibu-ibu bahkan anak-anak. Lombanya macem-macem ada lomba giring bola plastik pakai terong yang diikat tali, joget jeruk , lomba kelereng, makan kerupuk.

Pukul satu siang acara selesai kami menuju tempat kami menginap untuk mengambil makanan yang sudah disiapkan untuk perjalanan pulang. Karena waktunya diperkirakan tidak cukup untuk singgah lagi di linggar jati, maka diputuskan melanjutkan perjalanan ke Cirebon untuk belanja batik. Putar-putar kota Cirebon akhirnya ketemu deh tempatnya. Saya juga beli satu baju batik dan langsung di pakai.

Meninggalkan kota Cirebon sudah sore dan jalur pantura sudah mulai padat terutama dengan kendaraan terutama truk-truk besar. Saya pun hanya tidur di dalam bus. Lelah , pegel, ngantuk dan gerah menjadi satu di badah saya. Bus istirahat sebentar di rumah makan masih sekitar jalan pantura dan kami beristirahat sebentar melepaskan kepenatan di dalam bus dan kami melanjutkan perjalanan menuju tol cikampek menuju Jakarta.

· Vero di catatan kuningan jabar, 01 juni 2008 Link Foto juga bisa di lihat di Kuningan Hari Kedua

Friday, May 01, 2009

Menuju Kuningan Jawa Barat

(Hari I )
Tujuan : Gua Maria Cisantana


Sekitar satu tahun yang lalu , hari sabtu, tepat nya akhir bulan Mei 2008 saya dan lingkungan st. anna maria berziarah ke gua maria cisantana kuningan jawa barat. Perjalanan yang seharusnya berangkat pagi jam 7 menjadi molor berangkatnya jam 10 pagi dari cengkareng. Kami peserta kurang lebih 60 orang terdiri dari beberapa keluarga (ibu , bpk dan anak-anak) dan peserta diluar lingk. St. anna maria. Semua peserta yang ikut serta memakai kaos seragam yang diberikan panitia acara. Sebab acara pertama setelah tiba di kuningan adalah jalan salib menuju gua maria cisantana kuningan.


Perjalanan lumayan jauh. Lewati jalur pantura yang sepi kendaraan. Tengah hari kami sampai dikaranganyar dan beristirahat sejenak di salah satu restoran yang ada di sekitar karanganyar. Perjalanan masih harus melewati kota cirebon dan tol kuningan. Pemandangan selama perjalanan sangatlah bagus apalagi di tambah dengan cuaca yang cerah dan panorama gunung ceremai yang terlihat jelas.


Bus yang kami tumpangi sempat nyasar jalan ketika sudah sampai di kuningan menuju cisantana. Tanya dengan berberapa penduduk tidak ada yang mengetahui jelas letaknya gua marianya. Sampai akhirnya tanpa disengaja seorang penjual asongan masuk ke dalam bus dan menuntun kami menuju tempat ziarah gua maria cisantana.


Tiba di pelataran parkir gereja dekat jalan kecil menuju area jalan salib gua maria sawer rahmat cisantana , sudah pukul 5 sore. Kami melewati jalan kecil , rumah penduduk dan kuburan di sisi kanan dan kiri menuju pintu masuk gua maria. Udara dingin sudah mulai terasa ketika kaki saya melangkah menyusuri jalan – jalan ini. Bukit-bukit dan persawahan juga pemandangan yang indah sepanjang jalan membuat saya bersemangat untuk sampai ke tujuan bersama keluarga yang lain dibelakang saya dan teman-teman kecil saya.


Sampailah kami di persimpangan , tepatnya di sebuah pasar kecil yang merupakan tempat pertemuan tiga arah. Dari tempat parkir bus kami , letaknya masih ke atas lagi sekitar 500 mtr dan akan tiba ditempat parkirnya gua maria cisantana yang lebih luas. Kalaupun dari arah jalan kecil tempat us kami parkir pun juga bisa. Tetapi akan melewati makam, tetap saja di pasar kecil ini sebagai titik temunya.Kemudian ke arah ke gua maria dengan menuruni anak tangga dan di kanan kirinya banyak kandang sapi. Sampai menemukan pintu masuk gua maria , atau disebutnya taman Getsemani. Awal ibadat jalan salib dimulai dari sini. . Ditempat ini ada lukisan Yesus ketika Ia sedang berdoa sebelum kematian menjemputNya. Tempatnya cukup luas.

Selesai masing-masing kami berdoa kami membagi tugas untuk membacakan renungan tiap-tiap perhentian ibadat jalan salib. Waktu sudah pukul 17.30 ketika kami memulai ibadat jalan salib dan udara dingin mulai bergerak turun menyelimuti tempat dimana kami akan menuju perhentian I. Kami menaiki anak tangga yang tebuat dari batu-batu menuju perhentian I. Kabut sudah mulai turun dan gelap sebentar lagi akan menutup sore ini .


Perjalanan ibadat salib ini begitu melelahkan karena perjalanannya mendaki menuju tiap perhentian sampai selesai di gua maria. Ada beberapa anak-anak kecil sekitar yang turut serta dengan kami , menuntun kami melewati anak tangga.


Penerangan agak kurang jelas jadi kami harus berhati-hati melangkah menapaki tangga. Pun juga extra hati-hati dengan barang atau tas – tas yang kami bawa agar tidak kehilangan. Perjalanan dari perhentian satu ke perhentian yang lain diisi dengan doa salam maria.
Ketika saya , siska dan mama mendapat tugas membaca di perhentian XIV , saya benar-benar kelelahan. Saya sudah tidak tahu apakah suara saya kedengaran atau tidak dengan yang lain. Namun berakhirnya jalan salib ini di depan gua maria.


Bentuk gua marianya cantik dan dipenuhi dengan asap lilin serta orang-orang yang berdoa. Area gua marianya juga luas, kalau datangnya siang pasti terlihat jelas kecantikan kota kuningan dapat kelihatan dari tempat ini. Malam hari sajapun, lampu-lampu kota terlihat sangat indah dari tempat ini.


Kalau melihat ke bawah dari tempat gua maria berjejer beberapa tempat duduk yang biasa digunakan untuk acara doa atau pertemuan atau tempat berkumpul, dan di depannya ada tempat istirahat balai. Di sisi kiri gua maria ada pancuran air yang bisa di bawa pulang ataupun dibuat minum dan cuci muka. Dingin airnya. Di sebelah kanan gua maria ada kapel kecil yakni kapel Hati Kudus Yesus. Setelah berdoa , saya mendatangi kapel tersebut. Ternyata akan dimulai misa ekaristi penutupan bulan maria.


Umat sudah penuh di dalam kapel yang hanya beralaskan tiker. Saya dan siska hanya duduk di pelataran luar kapel . sendal kami masing-masing sebagai alas duduk. Misa dimulai pkl. 7 malam. Bahasa yang digunakan tidak pakai bahasa sunda mungkin kebanyakan umat yang hadir adalah banyak dari sekitar kuningan , cirebon atau pengunjung dari jakarta seperti rombongan kami.
Duduk lesehan selama hampir satu jam setengah membuat kaki saya keram apalagi saya tidak kuat udara dingin. Ucapan romo yang memimpin misa waktu itu telah merubah pandangan saya, maklumlah waktu saya pergi sedang punya masalah tentang percintaan saya hehe,..pacar saya pergi meninggalkan saya dan menikah dengan orang lain.. tragis banget yaaa hehe.. tapi untuk apapun yang terjadi saya tetap ucapkan terima kasih.


Sepeninggal dia banyak hal yang berubah dalam diri saya yang lebih baik tentunya, saya bisa bepergian kemana saja. Melihat daerah-daerah yang belum pernah saya kunjungi hehehehe.. Akhir dari perjalanan gua maria ini kami berpoto bersama bersama semua peserta.


Perjalanan pulang, mungkin karena lelah beberapa orang memutuskan untuk naik ojeg melewati jalan yang kami lalui. Saya jalan kaki bersama mama dan siska. Tapi siska takut saat lewat kuburan setengah merem, tangannya kenceng banget menggaet lengan saya. Tiba di bus, kami menuju tempat penginapan bukan hotel tetapi di sebuah asrama perawat rumah sakit dan rumah seorang saudara dari salah satu ibu di lingkungan kami. Setelah makan malam , kami membagi kamar untuk tiap peserta dan keluarganya dan tidurlah kami.


**Vero di Catatan kuningan jabar, 31 mei 2008 , Atau bisa di click di Album Kuningan hari I