Kraukk.com

728 x 90

Tuesday, October 12, 2010

Kota Toea : Jelajah Antjol

Mungkin sebagian besar orang hanya mengetahui Ancol terkenal dengan pantainya atau Dufan serta Gelanggang Samudranya. Namun dibalik tempat wisata ini , Ancol memiliki keunikan dan rahasia tersendiri, yang mungkin belum banyak dari kita yang mengetahuinya.

Stasiun Barang Kampung Bandan, dahulu digunakan utnuk mengantarkan rempah-rempah menuju Pelabuhan Tanjung Priok. Selain itu , bangunan ini dijadikan tempat penyimpanan atau gudang. Stasiun ini masih digunakan sampai sekarang sebagai stasiun barang dengan rute Jakarta – Surabaya.

Tidak jauh dari stasiun , ada sebuah masjid tua yang bersejarah dan merupakan salah satu cagar budaya. Mesjid tersebut bernama Masjid Al Mukaromah atau Masjid Kramat Kampung Bandan. Di sana terdapat tiga buah makam para penyebar Islam di Jakarta yakni makam Habib Mohammad bin Umar Al-Qudsi ( wafat pada 23 Muharram 1118H ) , Habib Ali bin Abdurrahman Ba’Alwi ( wafat 15 Ramadhan 1122 H ) dan pendiri masjid Habib Abdurahman bin Alwi ASy-Syathri ( wafat 18 Muharram 1326 H )

Nama Kampung Bandan awal mulanya dinamakan demikian karena ada tiga versi yang umum di masyarakat sekitarnya. Pertama , merupakan sebuah ikatan orang-orang Bandan atau paguyuban yang berasal dari Maluku – Ambon. Kedua, karena disekitar sana terdapat pohon pandan, jadi orang-orang mendengar kata pandan menjadi Bandan. Dan yang ketiga , karena beberapa orang melihat secara jelas disekitar tempat tersebut para tentara Jepang yang membawa beberapa tawanan. Entahlah dimana diantara ketiga ini yang dipakai untuk menamai tempat tersebut.

Bentuk bangunan masjid ini sayangnya sudah mengalami perubahan dan penambahan ruang, mungkin hanya sebagian saja yang masih telihat bentuk aslinya. Seperti atap masjid yang atapnya masih berbentuk seperti jajaran genjang namun bertingkat tanpa kubah. Hal tersebut sebenarnya mengandung makna yang dalam bahwa menandakan tingkatan langit, kemudian tiang-tiang yang terpasang pada jendela yang berbentuk empat persegi panjang serta pilar-pilar yang ada di dalam masjid, lalu pintu masuk ke dalamnya yang masih lebar. Jika melihat ke halaman masjid juga terdapat makam-makam tua yang tanpa nama dan tidak diketahui. Batu nisannya pun bentuknya bermacam-macam, ada yang berupa gada, atau batu tugu.

Sebuah bangunan sejarah dapat termasuk dalam cagar budaya jika usianya lebih dari 50 tahun. Ada empat hal yang sangat diperhatikan agar sebuah bangunan masih termasuk dalam Cagar budaya antara lain pertama adalahkeaslian bahan misalnya dibuat dari jati , maka pergantiannya juga memakai kayu jati, kemudian yang kedua adalah bentuk bangunan, ketiga keaslian tata letak dan keempat adalah pengerjaannya. Jika nilai empat hal tersebut dari sebuah bagunan bersejarah maka nilai cagar budaya bangunan tersebut sudah tidak ada lagi. Jadi , jika sebuah bangunan bersejarah sudah hilang nilai sejarahnya , plang nama yang menyatakan bahwa bangunan tersebut masuk ke dalam cagar budaya harap ditinjau kembali atau sebaiknya dicabut.

Begitu pun dengan bangunan Klenteng Antjol atau Vihara Bhakti sudah banyak mengalami perubahan dari bentuk aslinya. Namun , jika ingin mengetahui sejarahnya masih dapat diceritakan. Klenteng Antjol atau Da Bo Gong Ancol, merupakan salah satu tempat peribadatan yang tertua dan bersejarah. Letaknya dekat pinggir laut dan berada dikawasan perumahan elite Pasir Putih. Begitu memasuki gerbang klenteng seperti menyusuri sebuah lorong rumah sakit. Kemudian sampailah di sebuah ruang utama dimana terdapat makam dari suami istri yang bernama Iboe Siti Wati dan Sampo Soei Soe.Di atas makam mereka di dirikan sebuah tempat peribadatan untuk mereka.

Dikisahkan bahwa Sampo Soei Soe jatuh cinta dengan seorang gadis pribumi yang juga penari ronggeng Sunda bernama Siti Wati. Kemudian mereka menikah dan nama mereka diabadikan dalam Klenteng yang dibangun pada tahun 1650 ini. Di sebelah makam mereka terdapat satu buah makam lagi yang bernama Sam Po Tay Djin. Bangunan ini masih terlihat bentuk aslinya seperti bentuk atapnya tidak berubah. Namun bagian lain diruang bangunan utama ini sudah mengalami penambahan bangunan baru.

Uniknya, di klenteng ini tidak diperbolehkan memakan daging babi atau petai. Klenteng ini satu-satunya klenteng kombinasi, coraknya Taois dengan gaya khusus karena klenteng ini dikaitkan dengan makam seorang Islam yang dianggap keramat dan sekaligus menjadi tempat pemujaan baik bagi orang Tionghoa maupun penduduk pribumi. Selain Klenteng utama , terdapat juga klenteng khusus Dewi Kuan im dan Sang Buddha , kemudian bagian belakang terdapat makam Embah Said Areli Dato Kembang bersama istrinya Ibu Enneng (Pha Poo) yang merupakan Orangtua Iboe Siti Wati , yang mana ayahnya adalah seorang Pejabat kraton sebagai juru catat / sekretaris pada masa Kerajaan Padjajaran.

Tidak jauh dari klenteng , terdapat sisa – sisa peninggalan sebuah benteng yang waktu penjajahan Belanda digunakan untuk menahan serangan musuh. Benteng Ancol yang masih ada , tidak terlihat sebagai benteng karena sudah ada peninggian tanah di sekitar benteng, sehingga sekarang yang terlihat hanya tembok yang memanjang saja. Ketebalan benteng tersebut bisa mencapai 100cm lebih, dipinggirnya masih terdapat lubang-lubang jendela yang dahulu digunakan untuk meletakan senjata atau meriam.

Satu lagi tempat bersejarah yang mungkin belum diketahui orang banyak adalah sebuah taman makam di Ancol. Ereveld merupakan sebuah Taman Makam Kehormatan , dibangun pada tanggal 14 September 1946, oleh yayasan Oorlogsgravenstichting yang berpusat di Belanda. Di tempat ini terdapat sekitar 2.000 jasad dari beberapa makam dan berbeda-beda bentuk nisannya. Sebab, setelah tahun 1960, makam-makam yang tersebar di seluruh Indonesia sebanyak 22 makam itu kemudian dipindahkan dan dipusatkan di pulau Jawa. Ada tujuh taman makam Everld ini yang masih ada di Pulau Jawa yakni di Jakarta (Menteng Pulo dan Ancol), Bandung (Pandu dan Leuwigajah), Semarang (Kalibanteng dan Candi), dan Surabaya (Kembang Kuning).

Mereka yang dimakamkan di taman makam ini adalah para korban kekejaman tentara Jepang. Para korban itu yang bukan hanya tentara Belanda saja tetapi ada juga rakyat pribumi dan mereka meninggal dengan cara di eksekusi mati atau dibantai dengan senapan / samurai . Lokasi pembantaian tersebut pada sebuah pohon , letaknya tidak jauh dari monument yang berada ujung makam. Sedangkan tempat yang menjadi monument saat ini , dahulunya merupakan tempat dikuburnya para korban pembantaian. Jadi setelah mereka di eksekusi mayat-mayat mereka dikubur dalam satu tempat hingga membentuk gundukan. Diantaranya yang dimakamkan di sini adalah Prof Dr Achmad Mochtar, seorang Indonesia pertama yang menjadi Direktur Lembaga Eijkman. Monumen ini dibangun untuk mengenang mereka yang telah mengorbankan diri mereka dan juga mereka yang tidak disebut namanya di makam di tempat ini.

Oh ya , jika ada yang ingin tahu tentang ramal meramal? Nah, disalah tempat yang dikunjungi ada sebuah ramalan dari sebuah tongkat yakni di Klenteng Ancol. Caranya, kedua tangan direntangkan sejajar tongkat tersebut. Kemudian oleh seorang penjaganya ditandai batas rentangan tangan dan dibawa doa dihadapan makam Embah Said. Setelah itu kembali tangan direntangkan sejajar dengan tongkat , jika batas pertama dilewati oleh jari maka pertanda bagus tetapi jika tidak maka sebaliknya.

Selain itu ada juga ramalan Ciam si, mungkin ini ada disetiap klenteng. Cara mengetahuinya adalah pertama, kocok sampai keluar satu batang bambu yang terdapat nomor ramalannya, setelah itu batang bambu yang keluar tersebut diletakan pada sebuah tempat dupa di depan altar sembahyang. Kemudian ada buah batu berbentuk Ying dan Yang di putar-putar di atas tempat dupa setelah itu dilemparkan. Jika hasil lemparannya adalah Kedua benda tersebut terbuka berarti permintaan ditertawakan, jika keduanya tertutup berarti tidak ditolak permintaannya tetapi jika salah satunya terbuka berarti dikabulkan dan melanjutkan untuk mengambil kertas sesuai dengan nomor yang ada pada batang bambu tersebut. Yah hasil dari kertas tersebut boleh dipercaya boleh tidak namanya juga ramalan.. :)


Jakarta - Antjol , 10 Oktober 2010

Thanks to : Komunitas Jelajah Budaya Kota Toea

Veronica Setiawati

http ://g1g1kel1nc1.blogspot.com

mail to : g1g1kel1nc1@yahoo.com.au

No comments:

Post a Comment

Hi all,
thanks for reading my post and give me some comments here.. :D