Pintu masuk terbuat dari kayu dan ketika berada disekitarnya dapat dilihat nama-nama mereka yang sudah meninggal, tercantum dalam prasasti yang berada di sisi kanan dan kiri dinding. Bahkan tugu – tugu monument berbaris rapi ketika kaki memasuki pemakaman. Tugu-tugu tersebut berbentuk empat persegi panjang seperti benteng-benteng yang berdiri tegak. Di setiap sisi, terdapat nama-nama dari mereka yang dimakamkan ditempat ini. Uniknya setiap tugu monument ini ditandai dengan sebuah angka.
Usia dari mereka yang meninggal, dapat dilihat dengan jelas di makam-makam tersebut. Nama-nama yang tercantum di batu nisannya bisa ditebak , dari mana mereka berasal. Di lokasi pemakaman ini juga terdapat sebuah kereta jenasah yang sudah dipakai lagi. Dahulu , kereta ini digunakan membawa jenasah untuk dimakamkan disini , dan ditarik dengan beberapa ekor kuda. Kereta jenasahnya masih sangat bagus dan utuh, lengkap dengan empat rodanya. Kereta tersebut terbuat dari kayu yang tidak dimakan usia,
Patung-patung malaikatnya pun dibuat seakan turut berduka. Wajah-wajah perempuan yang tertunduk dan berduka dapat dirasakan dari patung-patung yang dibuat dan diletakan tidak jauh dari makam atau batu nisan. Seakan mereka sangat bersedih atas kepergian orang-orang yang dikasihinya.
Di Museum Makam Prasasti terdapat makam dari Soe Hok Gie, Kapitas Jas, Marius Hulswit – seorang arsitek asal Belanda, seorang monsinyur ( uskup ) , Pasukan tentara Jepang yang Gugur ketika melawan sekutu di Sungai Ciantung Bogor .
Jika diperhatikan, ada sebuah tiang yang sangat tinggi menjulang. Pada tiang tersebut terdapat sebuah bel. Bel tersebut digunakan untuk memberitahukan kedatangan kereta jenasah memasuki makam prasasti ini.
Jakarta, 26 Desember 2010
veronica setiawati
http://g1g1kel1nc1.blogspot.com