Kraukk.com

728 x 90

Saturday, September 06, 2014

Marunda, Mencari Rumah Si Pitung.



Marunda saat ini sedang naik daun, karena pemerintah DKI Jakarta tengah memperbaiki tata kota wilayah di utara kota Jakarta ini. Sepanjang perjalanan mungkin terasa gersang. Yahh memang karena wilayah ini sangat dekat dengan laut. Bahkan perluasan pelabuhan tengah dilakukan saat ini.


Karena wilayah Marunda dekat dengan laut maka tentu akan dijumpai kawasan desa nelayan, dimana dapat dilihat penduduk nelayan yang sederhana dengan tempat tinggal yang dari bambu dan kayu, jauh dari kesan mewah.  Bahkan pemandangan para nelayan yang sedang menjala ikanpun dapat dilihat disini.  Tempat makan yang menghidangkan khas makanan laut dengan posisi menghadap ke pesisir pantai pun dapat dijumpai.


Lebih uniknya lagi, pada saat saya berkunjung ke pesisir utara Jakarta ini , ternyata di sekitar Marunda ini terdapat situs sejarah yang terkenal, yakni Rumah Si Pitung. Bagi masyarakat betawi pada masanya tentu nama Si Pitung ini tidaklah asing bagi telinga mereka. Tokoh pembela rakyat kecil yang disebut sebagai pahlawan mereka dari penjajahan Belanda.


Rumah Si Pitung, adalah sebuah rumah panggung terbuat dari kayu dan bentuknya memanjang.  Walaupun sekarang sudah mengalami renovasi pada bagian dasarnya , namun bentuk bagunan inti dari rumah ini tidak lah mengalami perubahan. Beberapa anak tangga  dari kayu yang digunakan sebagai jalan masuk menuju pintu utama masih tetap terjaga.  Dan disarankan bagi para pengunjung yang akan menaiki anak tangga untuk memasuki rumah tersebut dibatasi lima orang saja.


Mungkin banyak orang yang datang melihat Rumah Si Pitung ini akan bertanya, termasuk dengan saya juga, kenapa disebut rumah si Pitung? Apakah benar Si Pitung yang selalu lolos dari incaran penjajah Belanda ini benar tinggal disini? Nah, untuk itulah saya datang “blusukan”.


Dari berbagai sumber di dapat , termasuk ketika mengikuti kegiatan Jelajah Kota Tua bersama Komunitas Jelajah Budaya, dari situlah saya mengetahui bahwa Rumah Si Pitung yang sekarang menjadi situs sejarah ini dahulu sering di datangi oleh Si Pitung.  Dan karena SK Gubernur DKI Bpk  Ali Sadikin yang menjadikan Rumah Si Pitung ini sebagai salah satu tempat cagar budaya. Beruntung  kita punya salah satu pemimpin yang masih perduli dengan situs sejarah dan tidak meruntuhkan pada masa pemerintahannya. Jadi masyarakat Betawi khususnya dapat mengenal bahwa ternyata punya sosok pahlawan.


Di dalam Rumah Si Pitung dapat dibaca kisah dari perjalanannya yang mengalami “broken home” dan menjalani hidupnya sebagai seorang peternak. Uniknya selain membantu mencari nafkah untuk ibunya, Si Pitung ini juga mencuri untuk mencukupi kebutuhan rakyat miskin disekitarnya. Dan terakhir dikisahkan diusianya yang masih muda , sekitar usia 28 tahunan,  ia menghembuskan nafas yang terakhir. Ia di tangkap dan di tembak oleh penjajah Belanda karena penghianatan dari beberapa rekannya. Semoga semangat perjuangannya untuk membantu sesamanya yang kekurangan dapat ditularkan kepada generasi anak bangsa selanjutnya.


Oiaaaa, soal Rumah Si Pitung banyak yang unik loh dari perabotan rumah, ukiran, furniture yang dipasang di dalamnya. Mata seakan dimanjakan dan memory pengunjung seperti saya yang baru pertama kali datang , seakan dibawa ke masanya dahulu. Dinding yang tebuat dari kayu dan beberapa besi tua sebagai penyangga serta  semilir angin laut dapat membuat betah berlama-lama menikmati kesederhanaan rumah yang bercat coklat ini.


Rumah yang bentuk memanjang ini mempunyai beberapa ruang. Beranda atau teras tepat ketika menaiki anak tangga. Kursi , meja, kaca hias tempo dulu yang menempel di dinding dapat dengan jelas dilihat. Kemudian ruang tengah atau ruang tamu. Dan beberapa lukisan serta pigura dari perjalanan riwayat Si Pitung terpajang untuk dibaca. Kemudian ada kamar tidur lengkap dengan meja untuk berdandannya. Lalu bagian ruangan tempat berkumpul untuk makan bersama , lalu ruangan dapur lengkap dengan peralatan dapur yang masih memakai tungku dan terakhir adalah ruang teras belakang.


Rumah tersebut di dalam satu area yang dipagari dengan tembok. Sekarang selain rumah panggung si Pitung , juga dibangun dua buah bangunan yang serupa. Mungkin digunakan sebagai tempat penjualan hasil karya dari desa atau penduduk disekitar Pantai utara Kota Jakarta tersebut. Sehingga situs budaya sejarah yang sudah ada tetap lestari dan setiap orang yang datang dapat memperoleh cinderamata atau karya atau pengetahuan sejarah yang baru mengenai Rumah Si Pitung atau lebih lagi mengenai wilayah Marunda yang dahulu di kenal sebagai Marunda Kelapa.

Kan, asyik juga gaul  yah , sudah lahir di Jakarta dan tinggal lama di Ibukota eeh, tidak kuper untuk mengenal sejarahnya,.. Itu baru generasi top..Nantikan oleh-oleh perjalanan saya yang lain dari Marunda  ;d


Veronica Setiawati
Jkt, 31 Agustus 2014

No comments:

Post a Comment

Hi all,
thanks for reading my post and give me some comments here.. :D