Kraukk.com

728 x 90

Monday, May 25, 2009

Akhirnya beliau pergi………… ( my lovely dad )

Song : Pulang ke hatimu-Shera (ost 9naga)
Telah letih langkahku dan terasa berat
Cukup banyak kesalahan ku buat
Dimimpiku kudengar bunyi suaramu yang memanggilku pulang ke dalam hatimu
Karena hanyalah hatimu rumah terindah
Ku kan pulang tunggu aku di depan pintumu
Cintamu padaku tuntun jalanku
Telah letih jalanku dan terasa berat ku kan pulang ke hatimu rumah terindah…
Ku pulang ke hatimu rumah terindah…

Album Foto :
http://g1g1kel1nc1.multiply.com/photos/album/34/My_Father_in_memoriam..._Rest_In_Peace

Kampung halaman bapak , di timor adalah hal yang mustahil untuk saya kunjungi. Sedari kecil saya hanya tau kampung halaman mama di Kediri jawa timur sana. Tetapi berita dari timor memaksa saya dan adek saya , luan, terbang ke sana. Dengan memakai Batavia air yang waktu itu Oktober 2004 masih sekitar 700 rb per orang ke kupang. Berangkatlah saya ke Bandara Eltari dengan transit sebelumnya di Surabaya.

Selama bapak, mama dan adek saya , maria, berada di pulau komodo tersebut, saya tidak pernah mendapat kabar apapun. Sepertinya telekomunikasi sulit sekali terjangkau disana. Terakhir dapat kabar dari maria kalau mereka sudah sampai di kupang dan sedang menginap di hotel sasando. Sudah itu hilang lenyap tidak ada kabar. Saya kan jadi gelisah pengen tau kabarnya dan ceritanya bagaimana. Tiba-tiba saya dapat kabar dari rumah sakit halilulik bapak saya masuk rumah sakit. Ya ampun Tuhan… koq bisa … saya sedih sekali mana mau hubungi ke sana susahnya minta ampun, harus nunggu mama atau maria telp ke rumah kasih kabar selanjutnya lewat telp rumah sakit yang menggunakan satelit.

Shubuh terima kabar lagi. Bapak koma. Dan mama meminta saya membawa jas yang dipakai sewaktu saya wisuda lengkap beserta dasi dan celana panjangnya. Waduuh , saya jadi curiga ada yang ngga beres neh. Trus mama mau bicara dengan kakak alo. Saudara dari bapak yang menginap di rumah bersama istrinya selama mereka pergi ke timor. Saya menurut aja, mama bilang bapak baik-baik aja begitu juga maria, tetapi hati saya menangkap yang lain perasaan tidak enak dan apalagi melihat kakak alo menangis di telp. Dan bicara pakai bahasa teun yang tidak saya mengerti. Ada apa pikir saya? Bapak kenapa?

Selama perjalanan entah kenapa mata saya menangis. Baju ganti bawa seadanya. Ijin lewat kantor mau ke timor karena orangtua sakit parah. Bersama Luan dibandara seperti dua orang anak hilang. Karena kami belum pernah melakukan perjalanan yang jauh naik pesawat pula. Was-was siapa yang akan menjemput kami di tempat yang belum kami kenal sama sekali. Tetapi kakak alo udah hubungi kerabat keluarganya disana untuk menjemput kami dibandara eltari , sekali lagi kami hanya jalani aja perjalanan ini karena kamipun juga tidak kenal dengan orang yang akan menjemput kami…

Sampai di kupang pkl 7 malam wit. Dari luar sudah ada orang yang melambai-lambaikan tangannya. Berteriak nama saya hehe.. setelah urusan tas selesai saya dan luan menghampiri orang itu dan benar ternyata dialah yang menjemput saya, namanya pak Timo bersama anaknya laki-laki. Setelah menghubungi rumah memberitahukan kakak alo bahwa kami sudah sampai , perjalanan malam itu dilanjutkan ke terminal bis Oebobo. Tetapi perjalanan ke terminal dari bandara itu naik mobil tentara hehehe…maklum deh penjemput kami itu seorang tentara hehehe…

Bis yang akan kami naiki yang pertama menuju atambua sudah jalan, dan menanti selanjutnya tetapi masih menunggu penumpang yang lain dari pelabuhan katanya. Dan itu jam 11 malam baru berangkat. Sambil menunggu , saya dan adek saya mencari makanan. Satu persatu, penumpang dari pelabuhan datang dengan barang-barangnya besar. Entah dari mana mereka saya tidak tau. Akhirnya perjalanan dimulai. Jalannya menanjak, kuat ya neh bus melewati jalan yang menanjak hehehe…

Sepanjang perjalanan melihat suasana timor menyenangkan banget. Gak nyangka bisa juga sampai di kampung halaman bapak. Turun disitu saya pikir sudah sampai. Pagi hari sampailah di halilulik. Ternyata masih naik ojeg lagi kedalam ke perikanan kalau menuju ke rumah pakde atau bapak besar atau Ama Bot dalam bahasa timornya. Ternyata kami dibawa ke rumah sakit halilulik. Sebuah komplek gereja juga ada rumah sakit kecil dan biara. Turun dari ojeg saya langsung berlari ke tiap kamar mencari bapak saya. Berharap saya masih bertemu dengan beliau atau keluarga saya. Tetapi hanya suster yang keluar dan dia tidak berani menatap saya begitu saya tanya dimana bapak saya, apalagi begitu tau saya dan adek saya jauh-jauh dari Jakarta . Suster itu hanya menjawab sudah dibawa pulang. Saya pikir itu adalah jawaban sembuh untuk bapak saya. Trus saya tanya keadaannya bagaimana? Suster itu hanya menjawab , bisa dilihat nanti di rumah. Bener-bener mencurigakan , aneh..

Kemudian, dari rumah sakit halilulik kami berjalan lagi. Bertemu dengan kak Dora istri alm. Kak Yakob yang dulu pernah ke Jakarta. Seneng aja bisa ketemuan lagi bersama keluarganya. Kemudian ketika akan naik ojeg untuk kerumah pakde, ada keluarga dari pak camat yang memanggil dan meminta kami singgah. Saya kesel , bertele-tele banget sih , gak tau apa saya datang jauh-jauh mau ketemu bapak. Saya pingin ketemu bapak bukan singgah gak jelas macam beginian. Saya gak tahan saya beranikan diri aja untuk bicara dan akhirnya mereka pun bersedia mengantar saya pakai mobilnya ke rumah pakde.

Hati saya seneng akan bertemu bapak dan banyak yang akan saya ceritakan nanti kalau ketemu. Begitu mobil berhenti didepan perikanan rumah pakde, banyak orang berkumpul disana. Aaah.. saya pikir karena saya mau datang jadi rame hehe... Saya lihat maria berlari kea rah saya dan memeluk saya sambil menangis. Looh ada apa neh.. trus mama juga, saya masih berpikiran beginilah kalau orang kangen hehe.. dan saya masih senyum – senyum aja. Palagi mama bilang, lihat bapak didalam. Tapi saya merasa aneh, biasanya kalau saya datang , bapak pasti berdiri di depan pintu tungguin saya. Tetapi ini gak keluar dan saya berpikir beliau menunggu saya didalam bikin kejutan kedatangan saya. Karena beliau selalu begitu. Saya berlari masuk ke dalam dan ternyata yang saya lihat adalah peti mati lalu di dalamnya ?? bapak ?? koq bisa? Saya tidak bisa bicara , diam sampai semua orang datang mengelilingi saya.

Saya sudah tidak melihat siapa-siapa saudara, mereka memandangi saya lekat-lekat. Mungkin heran kenapa saya tidak menangis. Atau mereka kangen karena selama ini hanya bicara lewat sebuah tulisan yang sangat panjang seperti kertas Koran. Disitu saya baru tau satu persatu wajah-wajah saudara bapak saya. Mereka saudara tiri dan hanya dari bapak sajalah yang mempunyai keturunan. Adek tiri bapak yang perempuan tidak menikah, kakak tirinya menikah tapi tidak memiliki anak. Tidak lama mulai berdatangan satu persatu orang yang entah dari mana. Menangisi bapak saya, bersenandung kemudian mememegang petinya entah berdoa atau bicara apa, sambil kunyah sirih.

Ketika sore, ada rombongan perempuan entah dari mana, mungkin dari sekolahan. Mereka membawa bunga yang terbuat dari kertas kemudian ada tulisan puisi untuk bapak , “kenapa bapak tinggalkan saya? “ Aduuuhhh… baca itu saya langsung menangis. Berdoa bersama mereka sambil menangis gak berhenti, untung aja disertai hujan lebat jadi suaraku tidak kedengaran. Saya merasa sedih. Di timor mungkin saya belum merasakannya , tetapi ketika saya tiba dijakarta saya pasti merasa kosong. Malamnya saya tidak bisa tidur dengan nyenyak. Banyak orang bergadang di rumah pakde. Dan saya hanya duduk terdiam di depan peti. Hanya diam…

Besok pagi, saya didandani dengan kain timor, maria dan luan juga. Ternyata ada misa requem, atau misa untuk melepas jenasah. Aku tidak bisa mengikuti dengan khusuk, entah kenapa aku sangat tidak tertarik dengan semua hal ini. Selesai misa, mereka semua mempersiapkan penguburannya di desa kelahiran bapak dan musti naik ke atas gunung. Dengan naik truk untuk membawa peti jenasah , saya mengikuti sampai ke atas ke desa bekatoruik. Cantik desanya dan alamnya. Masih asri dan belum ada penerangan. Rumahnyapun masih alami dan memang ada beberapa yang sudah di tembok. Tapi di rumah tante vic, adek tirinya bapak semuanya masih alami. Tante ini sangat mirip mukanya dengan luan hehe.. mungkin orang menyangka luan ini adalah anaknya tante hehe…

Disana, orang sudah penuh. Tenda juga sudah terpasang. Dihalaman rumah digelar tiker untuk orang-orang disana yang datang. Perempuan-perempuan tua menangisi peti jenasah bapak yang sudah tertutup. Serasa bapak itu sudah jadi milik mereka. Mereka menangisi sepuasnya sambil bersenandung. Beberapa orang sibuk mencari perhelatan untuk acara pelepasan sebelum penguburan. Riwayat hidup bapak disiapakan untuk dibacakan. Sekali lagi, sangat bertele-tele dan terlalu banyak omongan. Heran mereka terlalu banyak bicara padahal hari sudah semakin sore. Akhirnya acaranya dimulai juga pkl 3 sore. Dibacakan semua riwayat bapak oleh salah seorang guru disana. Kami sekeluarga (mama. Saya. Maria dan luan) ditemani oleh istrinya pakde berjejer di depan peti jenasah.

Entah berapa orang membawa peti jenasah bapak sampai ke tempat pemakaman. Jalannya berbatu. Menurut cerita, letak makam bapak itu persis ditempat bapak berdiri sewaktu nyekar ke makam ibunya. Ibadat singkat di tempat makam. Saya tidak bisa bicara sedikitpun, ada rasa marah didalam hati. Saya benci dengan semua ini. Rasanya saya tidak bisa terima melihat peti diturunkan. Entah kenapa saya merasa sangat kehilangan. Saya tidak menyangka kalau perjalanan jauh saya hanya membawa saya untuk kehilangan seorang ayah yang tidak bisa saya lihat lagi selamanya!!

Saya hanya semalam dirumah tante. Tidak ada lampu kecuali pakai lampu petromax. Disini juga sulit air, kalau mau mandi jauh jalannya. Ada kamar mandi, tetapi kalau air tidak ada bagaimana. Pikiran saya ingin pulang ke Jakarta. Berunding dengan mama dan adek-adek untuk pulang kejakarta. Akhirnya maria memutuskan yang membelikan tiket pulang naik pesawat dan mereka pulang naik kapal laut. Besoknya kami sekeluarga masih mengunjungi betun. Sebab ada penutupan bulan maria di gua maria betun. Betun perbatasan antara timor leste dan Indonesia. Tidak jauh dari gua maria ada pasukan biru-biru menjaga perbatasan. Sepanjang perjalanan ke betun, saya juga melihat rumah-rumah yang digunakan para pengungsi timor-timur sewaktu referendum. Kasian ngeliatnya. Cukup jauh perjalanan ke betun. Pengunjung misa penutupan ini juga sangat banyak. Gua marianya besar dengan patung bunda maria yang tinggi putih. Tarian timor membuka misa penutupan bulan oktober dengan meriah. Selesai acara untunglah kami mendapat mobil angkot karena biasanya mereka yang dari betun belum tentu akan mendapatkan kendaraan , bisa-bisa menginap disana. Huh untung aja kalau tidak tiket pesawat saya bisa hangus hehe.. thanks God.

Esok malam, setelah berdoa bersama saya berangkat menuju kota kupang ditemani anaknya pak camat dan maria juga ponakannya pakde, naik mobil jemputan tentara. Di kefa kami berhenti. Disitu sinyal masuk. Selama di tempat pakde dan diatas gunung tidak ada sama sekali sinyal. Dari situ ada sms dan telp dari orang-orang kantor dan temen-temen tanya kabar. Saya cerita kepada mereka hal yang sebenarnya terjadi dan minta maaf karena tidak bisa mengabari terutama yang dari kantor. Setelah itu perjalanan lanjut menuju rumah salah satu keluarga pak camat di kupang. Menginap sampai besok pagi untuk melanjutkan perjalanan ke bandara.

Berangkat kalau gak salah jam 8 pagi naik Bouraq transit Surabaya. Saya pamitan dengan maria dan mereka yang mengantar saya. Bercampur aduk saya meninggalkan bandara menuju Jakarta. Heran, kenapa hanya selang beberapa bulan kematian beruntun memasuki keluarga kami. Di mulai dari bulan februari kematian mbah kung – bapak dari mama, kemudian bulan oktober bapak meyusul.

Inilah perjalanan kesedihan , pertama kali datang ke tempat yang jauh dan tidak terpikirkan sebelumnya oleh saya. Tetapi itu terjadi kepada saya… praise the lord

To my lovely father
5 April 1945 - 27 oktober 2004

1 comment:

  1. Halo Vero. Saya baru membaca cerita pulkam mu hari ini. Perkenankan saya mengucapkan turut berbela sungkawa atas kepergian ayahanda terinta. Saya tidak Vero apalagi Ayah Anda. Tapi dari tulisan di atas, saya bisa ikut (merasa) bisa ikut merasakan perasaan kehilangan kamu. Tulisan kamu membuat pagi ini terasa berbeda dari pagi yang sebelumnya.

    Salam kenal ....

    ReplyDelete

Hi all,
thanks for reading my post and give me some comments here.. :D