Kraukk.com

728 x 90

Monday, September 14, 2009

Jelajah kota tua –Ngabuburit ke kampoeng arab pekojan

Bersama komunitas jelajah budaya, kali ini tujuannya adalah menjelajah mesjid-mesjid tua yang ada di daerah pekojan. Minggu sore tgl 06 Sept 09 , pukul 15.00 wib kami berkumpul di museum bank mandiri untuk registrasi dan pembagian kelompok. Setelah itu kami yang tergabung dalam kelompok kampung bandan, padahal saya ini seharusnya di kelompok kampung bali , karena bertemu dengan teman-teman dari team garuda saya bergabung dengan mereka, bergerak menuju pasar pagi lama. Di ceritakan di sana ada terdapat dua pintu sebagai akses menuju pasar pagi ini. Pertama pintu besar yang digunakan oleh para pejabat belanda atau orang-orang penting pada waktu itu, kedua adalah pintu kecil yang digunakan oleh rakyat biasa atau kaum menengah ke bawah. Di ceritakan juga dahulu itu ada tram yang melintasi daerah pasar pagi lama ini menuju jatinegara. Mungkin jika digali kembali tanah aspal sepanjang jalan dari pasar pagi sampai jatinegara ada ditemukan lintasan tram tersebut ya hehe..

Berdasarkan contekan dari synopsis yang dibagikan sewaktu registrasi neh , nama Pekojan berasal dari kata khoja yang berasal dari suatu nama daerah di India yang sebagian masyarakatnya bermatapencarian pedagang atau saudagar dan beragama Islam. Di situ dijelaskan juga bahwa sebelum di huni oleh etnis Arab dari Hadramaut , Pekojan telah lebih dulu menjadi kediaman orang-orang Bengali/Koja dari India. Karena waktu jaman VOC berkuasa di Batavia diberlakukan pengelompokan wilayah berdasarkan etnis masing-masing, makanya di Batavia pada waktu itu dan mungkin sampai sekarang ada di tempat namanya kampung Melayu, Banda, Jawa, dan lain-lain. Nama-nama kampung tersebutlah yang dipakai oleh Komunitas Jelajah Budaya ini untuk mengelompokkan pesertanya.. hmm oo gitu ya… jadi ngerti deh :))

Perjalanan diawali menuju mesjid Al Anshor yang ada di salah satu gang atau jalan pengukiran III dan juga merupakan salah satu cagar budaya yang harus dilindungi. Sewaktu datang ke sana mesjid ini sedang di renovasi tetapi struktur bangunan aslinya masih nampak terlihat di dalam mesjidnya. Menurut cerita Mesid ini dulunya adalah sebuah surau dibangun pada tahun 1648M. DIbelakang mesjid terdapat tiga makam orang India yang kemungkinan pendiri mesjid tersebut. Di mesjid ini banyak para peserta yang melaksanakan sholat azhar sebelum melanjutkan perjalanan kembali.

Perjalanan dilanjutkan kembali melewati jalan perumahan yang sedang diperbaiki, ,menuju tempat berdiarinya Jami’atul Khair atau biasa di sebut mesjid Ar-Raudah letaknya ada di jalan pekojan II. Bagunannya unik dan sederhana terbalut warna putih dan hijau muda. Menurut synopsis, pada awal abad ke-20 atau sekitar tahun 1901, di Pekojan berdiri sebuah madrasah Jamiatul Khair ( perkumpulan kebaikan ) yang dibentuk oleh Ali dan Idrus, keduanya dari keluarga Shahab. Pada tahun 1903 mengajukan permohonan untuk diakui sebagai organisasi, namun pada tahun 1905 baru dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Dan dari tempat ini , diperkirakan timbul ide para pemuda islam untuk membentuk organisasi lainnya seperti organisasi budi utomo yang berdiri tahun 1908.

TIdak jauh dari Mesjid Ar-Raudah terdapat mesjid yang besar dan luas, bisa sejenak beristirahat kalau menurut saya, adalah mesjid An-Nawier letaknya di jalan pekojan raya no. 71 . Mesjid ini punya menara yang cukup tinggi mencapai 17 meter, merupakan tempat persembunyian para pejuang pada waktu perang kemerdekaan. Kemudian pada bagian belakang mesjid terdapat makam Syarifah Fatmah binti Husein Alaydrus yang mendapat julukan “Jide” ( nenek kecil ). Di bagian dalam mesjidnya terdapat 33 pilar yang berdiri kokoh di ruangan sholat dan tempat mimbar / syiar nya juga unik, dijelaskan tempat mimbar ini merupakan hadiah dari Sultan Pontianak.

Ada hal yang menarik lagi yaitu jembatan kambing, menurut warga Pekojan kambing-kambing yang akan dibawa ke tempat pejagalan untuk dipotong terlebih dahulu melewati jembatan yang terletak di kali Angke itu untuk dibawa ke tempat pejagalan. Hingga kini nama Pejagalan masih menjadi nama jalan di dekat Pekojan.

Dekat ujung jalan , atau tepatnya di jalan pekojan raya no 17 ada sebuah Mesjid Langgar Tinggi. Dibangun pada tahun 1829, berlantai dua dan merupakan salah satu cagar budaya yang harus dilindungi juga.Perjalanan berakhir di mesjid ini, dan kami kembali menuju museum bank mandiri untuk bersama-sama berbuka puasa. Melewati jalan layang melihat pemandangan jalan dari pasar pagi dibawahnya. Ternyata dari jalan layang ini , bisa dilihat atap-atap rumah yang ada di sisi jalan pasar pagi lama itu masih merupakan banguna tua.

Begitulah perjalanan jelajah kota tua kali ini… di museum bank mandiri, berbuka puasa dan sebelum pulang pastinya bernarsis ria hehe..

Salam budaya untuk indonesia,
Veronica Setiawati
Jkt, 13 sept 09
“Selamat Hari Raya Idul Fitri - Mohon maaf lahir dan batin”

No comments:

Post a Comment

Hi all,
thanks for reading my post and give me some comments here.. :D