Sebelah kanan sebelum memasuki alun-alun ada sebuah kandang kerbau yang kulitnya berwarna putih seperti warna kulit albino. Menurut seorang ibu, penjual es kelapa yang berjualan di sekitar alun-alun , kerbau tersebut hanya dikeluarkan pada saat perayaan tertentu seperti Satu Suroan dan merupakan titisan dari Raden Patah. Entahlah tapi kerbau tersebut , ibu tersebut menyebutkan sangat dihormati dan dianggap keramat.
Alun alun Selatan
Dari pintu gerbang yang sangat besar dekat pendopo nanti akan menemukan jalan yang kecil seperti jalan – jalan di komplek perumahan. Kalau menurut saya, seperti menuju Taman Sari di Jogja. Tembok besar di sebelah kiri jalan membuat saya menebak-nebak apa yang ada didalamnya. Sampai akhirnya jawaban itu muncul ,oohh… ternyata ini
Bangunan dengan warna sebagian besar adalah biru ini sangat menarik. Para tour guide yang merupakan merupakan
Di dalam museum , terdapat beberapa peninggalan benda-benda seperti : ada dandang yang besar yang digunakan untuk menanak nasi. Ukurannya yang besar membuat saya berfikir ini bisa memberi makan ribuan orang dan bukan hanya para Abdi Dalam Kraton. Kemudian Foto-foto raja dan lambang kesulatanan Surakarta atau sekarang lebih dikenal dengan kota Solo. Ada juga framen bebatuan dari Candi Mendut dan beberapa yang dipajang pada lemari kaca.
Ada berbagai macam bentuk topeng dan kegunaannya pada sebuah acara tarian. Kemudian ada keris, wayang, dan berbagai kesenian lainnya. Ada juga alat tandu yang dipakai raja-raja pada masa kejayaannya. Namun sudah rapuh sehingga tidak dapat dinaikin dan tidak boleh dipegang. Terdapat juga kereta jenasah.
Bagian yang menarik adalah ketika memasuki sebuah ruangan yang terdapat dua buah kereta kencana. Saya terdiam di depan benda tersebut sementara pengunjung lainnya banyak berfoto-foto di luar batas pagar yang ditandai tali warna merah. Menarik pikir saya melihat keindahan dari kereta kencana ini. Apalagi dua buah roda besar yang dipunyainya. Berfikir, ini kereta siapa dan pasti orang yang benar-benar terhormat yang menaiki ini. Dan saya mempunyai keinginan untuk foto di depannya. Dan ternyata , didengarkan oleh seorang Abdi Dalam yang menjaga kedua kereta ini.
Begitu tali merah sebagai pembatas pengunjung dibuka, beliau segera menyembah ke arah kereta kencana tersebut kemudian menuntun saya duduk di dekat roda kereta kemudian disusul empat orang teman saya. Diujung kiri kanan kanan dipasang tali syaler berwarna keemasan dan dipasangkan blankon atau tutup kepala orang jawa. Kemudian setelah menyembah dipotonya kami berempat, begitupun ketika posisi berdiri dekat pintu masuk kencana hal yang sama dilakukan sebelum posisi kami dirubah ataupun sebelum dipoto.
Hmm.. hal ini cukup menakutkan untuk kami berempat sehingga membuat kami mendadak menjadi sangat sopan atau mungkin didalam pikiran kami timbul hal-hal yang menyeramkan sehingga Abdi Dalam tersebut mengatakan untuk tidak takut hehe...
Tempat yang tak kalah menariknya adalah Kratonnya. Bagi yang memakai sendal diharapkan untuk melepaskannya sebelum memasuki kawasan Kraton. Karena ada beberapa hal yang sangat dijaga kesopanan berpakaian untuk memasuki kawasan Kraton. Tetapi bagi yang memakai sepatu tidak usah dilepas. Kraton mempunyai halaman yang luas dan alasnya adalah pasir yang sangat lembut dan tidak kasar ditelapak kaki. Namun ada beberapa batasan bagi para pengunjung untuk memasuki Kraton.
Di dalam kawasan kraton ada tiga buah bangunan pendopo yang luas dan sebuah menara yang tinggi berwarna biru dan putih. Jendelanya panjang ada dua buah. Dahulu digunakan untuk mengintai musuh namun ketika saya bertanya kepada salah satu Abdi Dalam Museum menara tersebut juga digunakan untuk bertapa raja. Jika diperhatikan , di ujung menara tersebut lambang yang pakai adalah seekor ular.
Menurut beliau, lambang ular dipakai melambangkan keseimbangan antara kraton dan laut kidul serta puncak lawu entahlah apa maksudnya saya kurang paham. Buat saya mengujungi museum dan kraton Surakarta sangat menarik buat saya. Belum lagi di depan bangunan banyak berjejer patung-patung pada zaman romawi kuno seperti yang ada di kuburan belanda atau gereja kuno, ada alat-alat musik dan sebuah ruangan yang luas tapi pengunjung tidak diperkenankan untuk naik ke atasnya.Tidak jauh dari Museum dan Kraton , terdapat sebuah pasar batik namanya adalah Pasar Klewer. Tepatnya di depan alun-alun utara. Sperti pasar pada umumnya di Jakarta ramai dan padat. Namun disini terdapat berbagai jenis batik Solo yang ditawarkan. Di depan pasar , terdapat sebuah Masjid besar yang dahulu digunakan Kerajaan Surakarta yakni Masjid Agung Surakarta. Bangunannya unik dari pintu masuknya. Sperti memasuki kota yang ada di Timur Tengah. Tapi begitu sampai di halaman masjid terlihat ornamen khas jawa dan melayunya. Bentuk memanjang dan ruangannya terbuka. Tiang-tiang berwarna coklat berdiri kokoh pada sudut lantai. Atap-atapnya terbuat dari kayu berwarna hijau dan terdapat baling-baling kipas angin. Lantainya dari marmer sehingga membuat suasana di dalamnya terasa sejuk.
Kota Solo mungkin belum banyak yang saya ketahui , tetapi perjalanan ini telah membawa saya melihat keunikan lain dari kota Solo yang belum pernah saya lihat. Ini adalah pertama dan menyenangkan bagi saya. Mungkin suatu saat saya akan kembali lagi.
SOlO Kota , 17 September 2010
veronica setiawati
http://g1g1kel1nc1.blogspot.com